BAB
II
KONSEP
TEORITIS PENGERTIAN TUGU
2.1 Pengertian
Tugu Secara Umum
Tugu
dalam KBBI adalah Monumen yaitu Tugu Peringatan, tugu adalah sebagai tiang
besar dan tinggi dibuat dengan batu dimana tugu sebagai tanda peringatan (kenang-kenangan).[1]
Istilah Tugu dapat disamakan dengan arti “Monument”
dalam bahasa Inggris yaitu menurut kamus The
New Oxford Illustrated Dictionary, Tugu adalah segala sesuatu yang telah
melalui ketahanan yang sangat lama dipakai untuk mengenang seseorang, kegiatan
atau kejadian. Arti kedua yang disebutkan kamus tersebut adalah pekerjaan atau
hasil karya yang benilai kekal. Tugu disebut sebagai bangunan atau lokasi
alamiah yang dilestarikan oleh karena keindahan atau arti sejarahnya.[2]
Tugu dalam arti “monument” adalah suatu peringatan, atau suatu memorial yang
biasa berbentuk bangunan, menara, tiang, patung dan sebagainya yang didirikan
guna memperingati suatu kejadian besar dan penting, dalam sejarah atau
“menghidupkan” serta memelihara peringatan kepada perorangan yang telah meninggal.[3]
Salah contoh satu dari beberapa tugu yang kita kenal adalah Tugu Pahlawan
Surabaya. Tugu ini dibangun untuk mengenang peristiwa pertemputran di Surabaya yang berlangsung
sejak akhir oktober sampai Novemnber 1945. Peristiwa ini merupakan peristiwa besar
bagi masyarakat Surabaya pada khususnya, dan
bangsa Indonesia
pada umumnya. Rakyat Surabaya dengan semangat berapi-api mempertahankan kota mereka dari pasukan Inggris yang berusaha merebutnya. Bangunan ini
setinggi 41 meter dan diresmikan pada tanggal 17 agustus 1952.[4]
Salah satu budaya
tertua yang masih dilakukan oleh manusia adalah penghormatan kepada leluhur
yang sudah meninggal, yaitu dengan mengadakan pembangunan Tugu. Pada awalnya
orang batak toba belum mengenal istilah tugu, tetapi dahulu yang ada adalah
“tambak” yaitu Makam (kuburan) yang ditinggikan dengan menyusun “bungki”
(lempengan tanah) dimakam orang tua yang sudah mempunyai banyak keturunan,
sesuai dengan perkembangan dan maraknya pendirian monument-monumen perjuangan
maupun sejarah, maka pembuatan ini ditingkatkan menjadi Batu Na Pir (batu yang kuat) yakni batu yang terbuat dari
batu/semen. Batu na pir ini sudah
dapat memuat beberapa tulang belulang orang tua.[5]
Menurut S.M Hutagalung tugu yang disebut monument adalah suatu bangunan sebagai
tanda peringatan untuk mengenang suatu jasa dan kebesaran serta keagungan seorang tokoh yang sudah meninggal. Tugu
dalam arti monument adalah berarti suatu peringatan atau suatu memorial yang
berbentuk bangunan (menara, tiang, patung, dan sebagainya), yang didirikan guna
memperingati suatu kejadian besar dan penting dalam sejarah, atau menghidupi
serta memelihara peringatan kepada perorangan yang sudah meninggal.[6]
Dari penjelasan di atas ada banyak
menyebutkan pengertian tentang tugu, diantaranya adalah menyebutkan bahwa tugu
itu adalah tanda peringatan, ada menyebutkan Tugu sebagai bangunan atau lokasi
alamiah yang dilestarikan oleh karena keindahan atau arti sejarahnya, dan juga
yang menyebutkan Tugu adalah suatu peringatan, atau suatu memorial yang biasa
berbentuk bangunan, menara, tiang, patung dan sebagainya yang didirikan guna
memperingati suatu kejadian besar dan penting, dalam sejarah atau
“menghidupkan” serta memelihara peringatan kepada perorangan yang telah
meninggal.
2.2 Pengertian Tugu dalam Pandangan
Orang Yahudi
Didunia kuno ada kepercayaan yang mengatakan bahwa
dibumi terdapat beberapa tempat yang merupakan tempat pertemuan-pertemuan
antara dunia Ilahi dan dunia insani misalnya dalam kitab Kejadian 28:16-22, menyebutkan
Ketika
Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN ada di
tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya."Ia takut dan berkata:
"Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini
pintu gerbang sorga."Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang
dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang
minyak ke atasnya.Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.Lalu
bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di
jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian
untuk dipakai,sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan
menjadi Allahku.Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah
Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu
kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu."
Dari nats ini
disebutkan bahwa salah satu tempat seperti itu adalah Betel. Yakub mengetahui
kesucian tempat itu, ia menyebut batu “Rumah
Allah” Yakub menyucikan Batu itu dan
mendirikan sebagai batu peringatan. Batu peringatan semacam itu adalah symbol ibadah Kanaan sumber kesuburan yang
ditemukan Israel
menaklukkan wilayah itu. Mereka mewarisi
tempat-tempat pemujaan yang ada batunya seperti itu. Mereka
menghubungkan tempat-tempat itu dengan
kejadian-kejadian dalam kehidupan para bangsa. Sembari menghapus makna
religious kafir batu-batu itu dan memakainya begitu saja sebagai Peringatan.[7]
Di Tempat lain seperti
di Sikem, Mispa, Gilgal, dan terakhir adalah Silo. Orang Yahudi banyak
melakukan upacara-upacara di tempat tersebut, Mezbah atau altar memang memegang
peranan penting. Kebiasaan kuno untuk mendirikan batu-batu yang tinggi pun
berlangsung terus. Tiang-tiang batu seperti itu dianggap sebagai saksi
keterpautan Israel
kepada Allah, serta sarana untuk mengingatkan mereka akan hubungan perjanjian
dengan Allah, yaitu sebuah kotak kayu yang berisi lempeng-batu bertuliskan
hukum-hukum perjanjian dengan Allah. Diatas semuanya itu , symbol yang paling
penting adalah tabut perjanjian. Tabut itu juga dianggap sebagai alas kaki
dihadapan Tahta Allah, dan sekaligus tanda sebagai kehadiran Allah yang tidak
kelihatan namun berkuasa. [8]
Kebanyakan orang Israel
dimakamkan dimakam gua tanah pekuburan keluarga. Makam keluarga sering terdiri
dari beberapa ruang untuk penguburan banyak jenazah. Tiap ruang dikelilingi
oleh bangku-bangku batu yang lebih tinggi dimana jenazah diletakkan diatasnya
untuk sementara waktu. Ungkapan-ungkapan Alkitab yang berbunyi “tidur dengan”
dan “dikumpulkan dengan ayahnya” merujuk pada penguburan kedua di dalam makam
keluarga. Menurut nubuat Hulda kepada Yosia “Aku(Yahweh) akan mengumpulkan
engkau pada nenek moyangmu, dan engkau akan dekebumikan ke dalam kuburmu dengan
damai ” (2 Raj.22:20). Rujukan-rujukan harus dimengerti dalam pengertian adanya
hubungan yang berkelanjutan antara orang yang hidup dan yang mati. Makam
keluarga mempunyai implikasi penting bagi pemeliharaan hubungan tersebut.
Kesejahteraan mereka yang sudah mati bergantung pada pemeliharaan tanah
patrimonial oleh para keturunannya. [9]
Kehidupan para leluhur
menurut Herbert Brictho, merupakan
kesatuan atas asosiasi orang tua, keturunan, dan tanah milik. Perintah kelima:
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu ditanah yang diberikan TUHAN
Allahmu, kepadamu ” (Kel.20:12),
mempunyai implikasi yang serius, baik dalam hidup yang sekarang ini dan
kehidupan yang akan datang, yang membuat
kepemilikan tanah bergantung pada tingkah laku yang penuh tanggung jawab
terhadap nenek moyang seseorang. Tujuan dari ibadat orang mati adalah untuk
melanjutkan patrimoni. Beberapa teks mengilustrasikan keberlangsungan hubungan
yang ada antara angota keluarga yang masih hidup dan yang sudah mati, demikian
juga hubungan makam dengan kepemilikan tanah.[10]
Ketika kemarau
berkepanjangan orang-orang Israel
dicobai mengikuti cara beribadah orang Kanaan. kepercayaan akan Tuhan diuji dan
jika tetangga mengadakan upacara untuk mendatangkan hujan, orang Israel
bertanya dalam hati apakah tidak
sebaiknya mereka mengikuti cara beribadah orang Kanaan tersebut? Orang Israel
tidak bermaksud meninggalkan Tuhan,
tetapi menambah berkat dari sumber lain.dalam Hakim-hakim 17 tercatat berita
tentang ibu Mikha, seorang dari
pegunungan Efraim, yang menyuruh anaknya membuat patung dengan uang yang
dikuduskan bagi Tuhan. Mereka tidak bermaksud meninggalkan Tuhan tetapi
menambah berkat dengan “mengikut Tuhan” yang pada hakikatnya mustahil
dilakukan. Dalam penggalian di Palestina ditemui banyak patung kecil, yang
rupanya disimpan dirumah sebagai benda sakti yang menjamin berkat. Suatu tugu
pahatan dekat Gilgal dihormati entah sebagai patung atau tanda peringatan
(Hak.3:19)
Disamping mezbah sering didirikan suatu tugu dari batu
yang disebut mazebah dan yang
melambangkan kuasa kepriaan, dan suatu tiang kayu, yang disebut asyerah[11]
yang melambangkan kewanitaan (pada Kej.28:22 batu yang didirikan Yakub bukan
menjadi batu dalam rumah Allah, sebagaimana diterjemahkan LAI, melainkan
berdiri didepannya sebagai tugu, bnd.juga Kej.31:13 dan 35:14,20).[12]
Orang Israel
juga beribadah di atas bukkit-bukit, menurut cara orang Kanaan. Dalam situasi
yang gawat Saul memanggil arwah Samuel (I Sam. 28:4-20), ada juga yang
mengurbankan anaknya dalam api bagi Molokh (bnd. Lembah Ben Hinom yang
dinyatakan najis karena hal tersebut, Yer. 19:5-6 ; 32:35).[13]
Dari hal ini jelas bahwa sebagian orang Israel
menyembah Baal (I.Raj. 19:18) dan bahwa hubungan yang erat dengan pemujaan Baal
menjadi “jerat dan perangkap” (Kel. 23:33) sehingga sebagian orang Israel
tidak lagi beribadah hanya kepada Tuhan. Hal tersebutlah yang membuat bangsa Israel
berulang-ulang diserang oleh musuh. Karena itu Gideon disuruh meruntuhkan
mezbah Baal bapanya bagi Tuhan (Hak. 6:25-32). Seorang nabi anonym mengutuk
mezbah yang didirikan Yerobeam (Israel
Raj. 13:1-10). Elia menentang nabi-nabi Baal (I Raj.18).Hizkia, raja Yehuda,
menjaukan bukit pengurbanan, meremukkan tugu berhala dan menebang tiang berhala
serta menghancurkan ular tembaga (2 Raj. 18:4). [14]
Jika
dilihat dari Injil Matius menyangkut mengenai tugu yang yang terdapat dalam Mat
23 : 29 yang menyebutkan Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang
saleh. Hal ini merupakan kecaman Yesus terhadap orang Yahudi yang memperindah
tugu perjanjian para nabi dan orang-orang saleh. Dalam penggunaan kata makam yang sama artinya dengan kuburan. Dalam ayat
ini kata makam nabi-nabi dipakai untuk membedakannya dengan kuburan biasa. Dan
sudah menjadi suatu kebiasaan pada saat itu untuk membuat kuburan saja. Tetapi
untuk nabi dan para pahlawan dengan bentuk yang lebih indah dari kuburan
lainnya. Misalnya memakai tugu (tugu peringatan atau monumen). Ada terjemahan yang
menerjemahkan bahwa kuburan dengan “makam yang indah”. Jika ada istilah khusus
untuk menyebut kuburan orang-orang yang terhormat. Tugu disini sama artinya
dengan makam, yakni kuburan bagi orang-orang terhormat.[15]
Sehingga nyata terlihat
bahwasanya orang Yahudi pada zaman dulu telah mendirikan tugu. Tugu itu dipandang
sebagai sarana untuk mengingatkan mereka akan hubungan perjanjian dengan Allah,
Sebab memang masih ada keyakinan bagi mereka bahwa dibumi terdapat beberapa
tempat yang merupakan tempat pertemuan-pertemuan antara dunia Ilahi dan dunia
Insani. Di samping itu tugu juga dipahami oleh Yahudi sebagai keterpautan
mereka terhadap Allah dan sebagai tanda peringatan terhadap kehadiran Allah.
Dilain hal tugu itu digunakan penyembahan kepada Baal dengan mengikuti cara beribadah orang Kanaan di
mana Mereka membangun tugu-tugu berhala dan tiang-tiang
berhala.
2.3
Pengertian Tugu secara Alkitabiah
2.3.1
Tugu
dalam Perjanjian Lama
2.3.2
Tugu
dalam Perjanjian Lama
Dalam
kitab Perjanjian Lama dapat kita temukan beberapa ayat tentang pembangunan tugu
itu, antara lain:
·
Kejadian 11:1-9 yang menceritakan
pembungunan menara Babel, menjelaskan, bahwa pembangunan menara itu dimotiver
oleh kecongkakan orang Babel yang menara
itu adalah untuk menunjukkan kemampuan tekniknya, supaya nama mereka termasyur
dan supaya mereka tetap bersatu. Terhat dalam hal ini bahwa motivasi orang Babel semata-mata untuk menunjukkan kesombongan oran Babel.
·
Kejadian 31:43-48, menjelaskan bahwa
tugu itu sebagai peringatan antara Yakub dan Laban yang didirikan di Galed.
Tugu tersebut terdiri dari timbunan batu. Pembangunan tugu di sini adalah
sebagai peringatan akan pengukuhan perjanjian.
·
Yosua 4:1-24, memberitakan bahwa Yosua
mendirikan tugu di GIlgal dengan membuat 12 (dua belas) buah batu bertindih di
sana sebagai peringatan, bahwa Tuhan telah membimbing dan melepaskan bangsa
Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Pembanguna tugu di sini adalah suatu
tanda untuk memuliiakan Allah atas
kebesaranNya dan kemahakuasaanNya melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.
·
Keluaran 34:13 diberitakan, bahwa Allah memerintahkan agar tugu-tugu berhala orang-orang kafir
(orang Kanaan) di robohkan. Hal ini menunjukkan bahwa tugu yang membawa kepada
penyembahan berhala jelas ditolak karena
sudah melanggar Titah Pertama dan Titah Kedua.
[16]
·
Kej 28:18 menyebutkan ketika Yakub bermimpi dengan beralaskan batu sebagai
alas kepala. Yakub bermimpi di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya
sampai dilangit. Dan tampaklah Malakikat-malaikat Allah turun naik ditangga
itu, berfirman kepada Yakub. Keesokan
harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dpakainya sebagai alas kepala dan
mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak keatasnya. Ada peristiwa penting dalam
hidup Yakub terjadi waktu ia ke Utara, tak ada pertanda bahwa Yakub mengetahui
tempat kudus disitu. Kendati dia mungkin tahu tentang Mezbah neneknya disekitar
daerah itu. Janji ynag diberikan kepada Abraham diteguhkan lagi kepadanya dan
Allah berjanji akan melindunginya dan Yakub membuat tanda peringatan pada
tempat itu. Peringatan-peringatan sederhana demikian sering didirikan
ditempat-tempat yang dianggap kudus dan
yang satu ini bagi yakub menandakan
Allah hadir.[17]
Dalam Perjanjian Lama
tugu diartikan sebagai peringatan dan sebagai pusat peribadatan agama. Terbuat
dari batu atau kayu dengan pucuknya sering ramai dihiasi. Yakub mendirikan
Tugu ditempat kuburan Rahel (Kej 35:10).
Musa membuat kedua belas tugu (satu untuk setiap tugu) di sekitar suatu mezbah
di padang
belantara (Kel 24:4). Yosua menyuruh membangun 12 tiang batu (Obelisk) disungai
Yordan dan kemudian memindahkan ke gilgal (Yosua 4:9,20). Kerena Tugu ini
berkaitan dengan agama kesuburan pertanian baal, para nabi Israel mengutuk tugu keagamaan (Hos 10:2; Mi 5:13) tetapi dua tugu yang
berdiri bebas di luar bait suci yang disebut Yakim dan Boas, jelas mempunyai
arti religius. Berbeda dengan tiang-tiang di Yunani yang menyatu dengan
rancangan bangunan yang mempunyai daya tarik keindahan yang kuat.)[18]
Dalam Perjanjian Lama,
istilah masseba[19]
(מַצֵבָה) menunjuk kepada sebuah batu yang dikeraskan dengan tangan manusia,
meskipun tidak dipahami seperti maksud dari pelayanan arsitektur. Karena tidak
secara bentuk maupun fungsi yang diuraikan secara terperinci, dan yang baik
yang hanya dapat menjadi dugaan, kata ini merupakan maksud yang biasa dan bukan
untuk terjemahan.[20]
Kata masseba (מַצֵבָה) yang terdapat dalam Perjanjian Lama, kata Ibraninya adalah mizbaekh, artinya tempat korban
persembahan (dari menyembelih untuk berkorban) dan dalam ayat Ezr 7:17 ada satu
kata Aram yang serumpun yakni madbah. Sementara
menurut etimologi istilah itu melibatkan penyembelihan, dalam penggunannya
tidak begitu ketat dibatasi. Dan dipakai juga bagi mezbah untuk pembakaran
untuk pembakaran ukupan (Kel 30:1). Bapak-bapak leluhur mengartikan mezbah itu
ternyata didirikan untuk memperingati suatu peristiwa, dan pendirinya ada
hubungan dengan Tuhan. Tidak ada keterangan tentang konstruksinya.
Mezbah-mezbah menurut Israel ditemukan dua kuil berisi dua mesbah berbentuk
bujur sangkar, satu terbuat dari bata Lumpur dan yang satu lagi dari terbuat
dari batu-batu yang ditempeli kapur, juga beberapa mesbah yang dibuat dari
batu-batu kapur yang dipotong dan direkat dengan empat tanduk pada ujung-ujung
atas, yang berasal dari jaman kemenangan dan kemungkinan mesbah itu adalah
untuk membakar ukupan.[21]
Pada keagamaan orang
Israel ada dikenal dengan “tempat-tempat tinggi” Kegiatan keagamaan orang
Israel adalah tempat-tempat peribadatan local dalam berbagai bentuk, termasuk
gunung-gunung, barang barang keramat yangberpindah-pindah seperti Tabut
Perjanjian atau kemah suci, bait-bait pedesaan, dan bāmâ, yang secara konvensional merujuk pada “tempat-tempat tinggi”.
bāmâ merupakan sebuah istilah kultis
dapat merujuk pada sebuah situs keramat yang secara alamiah ditinggikan.
Penggambaran paling detail dari Alkitab mengenai bāmâ tampak dalam konteks Samuel yang mengurapi Saul (I Sam.
9:1-10), di mana korban persembahan disantap bersama. Berhubungan dengan bāmâ dan liškâ, ruangan yang digunakan untuk makan (I Sam. 9:22) tempat
korban makanan disantap. Di tempat lain di dalam Alkitab, lĕšākôt merujuk pada ruangan yang digunakan untuk berbagai macam
fungsi di dalam bait suci di Yerusalem.
Bāmôt dihiasi dengan benda-benda peribadatan, termasuk altar mizbĕkôt, tiang-tiang batu (massyĕbôt). Salomo juga mempersembahkan
korban persembahan pada bāmâ di Gibeon. Dan Salomo menunjukkan kasihnya pada Tuhan dengan
hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud dengan korban sembelihan dan ukupan
di bukit-bukit pengorbanan. pada akhir
abad ke-8, pada zaman pemerintahan Hizkia,terjadi penghancuran tempat-tempat
tinggi. Hizkia yang menjaukan bukit-bukit pengorbana yang meremukkan tugu-tugu
berhala (bammasāăšĕâysyĕbôt) dan yang
menebang tiang-tiang berhala (bāăšĕrâ),
(2. Raj 3:3)[22]
2.3.2 Tugu dalam Perjanjiian Baru
Dalam PB istilah tugu jarang
kita jumpai, hanya di dalam Matius 23:29 memberitakan , bahwa Yesus mengatakan Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang
saleh. Pembangunan di sisni adalah dimotivasi suatu keinginan untuk
menyembunyikan kelemahan. Tujuan orang Farisi mendirikan tugu arang saleh
tersebut adalah agar mereka dianggap sebagai orang saleh. Terlihat dari uraian
ini, bahwa pandangan Alkitab terhadap pembangunan tugu itu bukan menghormati arwah orangtua
melainkan sebagai peringatan atas kebesaran dan keagungan Allah yang senantiasa
melindungi, membimbing dan membebaskan bangsaNya. Apabila pembanguna tugu itu
tidak sesuai dengan kehendak Allah maka tugu-tugu itu harus dirobohkan. Menurut
Alkitab, tugu itu bukanlah menjadi tempat tulang-belulang orang yang sudah meninggal, melainkan tempat
untuk memperingati penyertaan Allah yang senantiasa melindungi dan
menyelamatkan bangsaNya.[23]
Tetapi jika dilihat dari tafsirannya dimulai dari ayat 27- 28 menjelaskan Yesus
menuduh orang Yahudi bahwa noda pembunuhan ada dalam sejarah mereka dan noda
itu belum hilang. Para ahli taurat dan orang
farisi mengunjungi kubur-kubur para martir dan membangun tugu-tugu bagi mereka,
dan mengklaim bahwa seandainya mereka hidup pada zaman dahulu, mereka pasti
tidak akan membunuh para nabi dan umat Allah. Namun itulah justru yang ingin
mereka perbuat.[24]
Dalam ayat 27-28 terutama dalam penggunaan kata makam yang sama artinya dengan
kuburan. Dalam ayat ini kata makam nabi-nabi dipakai untuk membedakannya dengan
kuburan biasa. Dan sudah menjadi suatu kebiasaan pada saat itu untuk membuat
kuburan saja. Tetapi untuk nabi dan para pahlawan dengan bentuk yang lebih
indah dari kuburan lainnya. Misalnya memakai tugu (tugu peringatan atau
monumen). Ada
terjemahan yang menerjemahkan bahwa kuburan dengan “makam yang indah”. Jika ada
istilah khusus untuk menyebut kuburan orang-orang yang terhormat. Tugu disini
sama artinya dengan makam, yakni kuburan bagi orang-orang terhormat.[25]
Dalam Perjanjian Baru ada dua kata bagi
Mezbah yang digunakan. Yang sering muncul adalah thusiasterion, terutama dalam LXX untuk mizbaekh. Kata ini dipakai bagi mezbah diatas mana Abraham
menyiapkan Ishak untuk dipersembahkan (yak 2:21) bagi mezbah korban bakaran
dalam bait suci (Mat 5:23 ; 23:18-20) Kata ini dipakai dalam Lxx untuk baik
Mizbaekh maupun bama (tempat tinggi),
dan mula-mula berarti suatu tempat yang ditinggikan.[26]
Dalam PB, menurut penglihatan dalam Why. 8:5, terdapat delapan petunjuk mengenai
mezbah di Bait Suci yang telah ada di Yerusalem. Mezbah di Bait Suci yang telah
ada di Yerusalem di tunjukkan dalam Mat.5:23-24. Dalam Bait Herodes terdapat mezbah baru yang telah direstorasi
oleh kaum Makabe[27],
setelah pencemaran yang dilakukan Antiokhus Efifanes pada 167 sM mengotori
mezbah. Petunjuk dalam 1.Kor 10:21 mengenai “meja Tuhan” kemungkinan lebih
mengarah kepada Ekaristi ketimbang kepada perabot tempat merayakannya dalam Ibr
13:10 mengatakan bahwa umat Kristen mempunyai mezbah di mana “orang-orang yang
melayani tidak berhak makan sesuatu dari padanya.”[28]
Pada hal lain Paulus
menyebutkan bahwa Gereja adalah Tugu kebenaran (1.Tim 3:15) yang berarti tugu
yang dimaksud adalah tiang atau penopang.[29]
Dari penjelasan diatas sulit rasanya mengambil hubungan antara tugu dan Mezbah
jika dilihat dari arti dan maknanya. Namun hal yang pasti yang penulis dapat
sebutkan bahwasanya dalam Perjanjian Baru terdapat tugu yang artinya sebagai
tanda peringatan yang biasa disebut dengan makam yang indah diperuntukkan
kepada orang-orang terhormat.
[1] …KBBI, Jakarta:
Balai Pustaka, 1990, 176
[2] Amudi Pasaribu, “Pembangunan
Tugu Dari segi sosial-Ekonomi”, B.A Simanjuntak (ed), dalam Pemikiran Tentang Batak, Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan
Batak, Universitas HKBP Nomensen: Medan, 1986, 182
[3] SM. Hutagalung, Op. cit., 192
[4] Mikhael Dua, Ensiklopedia Nasianal Indonesia,
TATZ, Delta Pamungkas, Jakarta,1997,
476
[5] Armudi Pasaribu, Op.Cit., 183.
[6] Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, Pematang
SiantarL: L-SAPA, 2007, 352
[7] Leslie J. Hoppe, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama: Yogyakarta, Kanisius, 2002, 64
[8] S. Wismoady Wahono, Disini
Kutemukan, Jakarta:
BPK-GM,2004183-184
[9] [9]
Fhilip J. Kingdan Lawrence, Kehidupan
Orang Israel Alkitabiah, Jakarta: BPK-Gm, 2010, 416
[10]
Fhilip J. Kingdan Lawrence,
Op.Cit., 416
[11] Dewi penduduk asli tanah Kanaan yang menjamin kesuburan.
Dipuja sebagai isteri Baal. Lambangnya ialah pohon yang rimbun atau suatu
" tiang berhala" yang oleh para nabi Tuhan ditentang keras (Ul. 16:21;
2Raj. 23:4, 6).
[12] Christoph Barth, Teologi
Perjanjian Lama 2, Jakarta:BPK-GM,2010,
47-48
[15]
Barlay M. Newman, Philip C. Stiae, M.K Sembiring (ed), Injil
Matius, , Jakarta: LAI, 2008, 68
[16] E.D.R
Hutauruk, “Pembangunan Tugu Nenek Moyang Orang Batak Ditijau Dari Segi Iman
Kristen”, dalam, Tidak Ada Yang Mustahil
Bagi Allah, J.R Hutauruk (ed),
Pematang Siantar: TP, 1986, 146
[17] A. R. Milliard, Op.Cit., 550
[18] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, Jakarta,BPK-GM,
2007, 462
[19] Mengenai batu massebah tanpa rupa atau catatan yang
dijadikan bukti dalam Perjanjian Lama, sejarah dekat Timur Kuno yang memberi
penawaran tentang tiga point yang mencolok, yaitu: 1) walaupun beton berarti
pemberian massebah yang bergantung
dari sebuah pendirian yang nyata (seorang pemilik kantor, milik pribadi, dan
seorang kolektif), keaslian maksud tidak perlu dipahami dan dipancarkan tanpa
perubahan dikemudian hari, itu hanya salah satu yang harus diperhitungkan
diantara sadar dan tidak sadar dalam penafsiran kembali dan dedikasi kembali.
2) Maksud pokok atau denominasi umum dari berbagai fungsi dari kekuatan beton
yang kelihatannya memiliki keabadian. Dari sebuah aspek yang bertahan di luar
tindakan dan kejadian temporar, dapat diterapkan dalam banyak dimensi yang
berbeda tidak sedikit dari keagaamaan dan kebudayaan. Dalam pengertian yang
luas massebah dapat melukiskan atau
menghadirkan penyembahan, dan tidak selalu kepada dewata yang dimuliakan. 3)
Bukti serupa dalam penulisan dan bahasa, dalam banyak kemungkinan arti kata beton dalam berbagai konteks, dalam konteks
yang manapun, yang bagaimanapun semua menjadi kebingungan yang komplek dan
dengan arkeologi yang awet. Kira-kira dari zaman pertengahan perunggu dalam
perkembangan pertemuan batu-batu
kekurangan gambar ataun catatan-catatan kelompok dengan satu ketegasan sebuah
gambar patung, atau di antara keduanya, dengan sebuah batu horizontal, atau
dengan sebuah batu kubus. Ilmu pengetahuan dengan bekerja keras mengalamatkan
pertanyaan bentuk ekternal dari kepribadian massebah,
(Lih. Gamberoni, “masseba”, dalam, Theological
Dictionary Of The Old Testament, G. Johanes Botterweck, Helmer Ringgren,
Heinz-Josep Fabry (ed), William B.
Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, Michigan/ Cambridge U.K, 1997,
485-486)
[20] Gamberoni, “masseba”, dalam, Theological Dictionary Of The Old Testament,
G. Johanes Botterweck, Helmer Ringgren, Heinz-Josep Fabry (ed), William B. Eerdmans Publishing Company,
Grand Rapids, Michigan/ Cambridge U.K, 1997, p. 484
[21] T. C. Mitchell, “Mezbah”, J. D.
Douglas (ed), dalam Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini M-Z, Jakarta:
YKBK, 2008, 80
[22] Fhilip J. King dan Lawrence E. Stager, Op.Cit., 366
[23] E.D.R
Hutauruk, Op.Cit., 148
[24] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius
psl 11-28, Jakarta:n
BPK-GM, 2009, 473
[25]
Barlay M. Newman, Philip C. Stiae, M.K Sembiring (ed), Injil
Matius, , Jakarta: LAI, 2008, 68
[26] T.C Mitchell, “Mezbah”, D.J
Douglas, dalam, Ensiklopedia Alkitab Masa
KIni JIlid II
M-Z, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih , 2008, 81
[27] Empat kitab yang mencatat
pergumulan orang-orang Yahudi setia melawan kekuatan penyerapan Helenis dalam
abad kedua sM. Tujuan kitab Makabe agaknya adalah membenarkan petualangan
militer atas dasar pertimbangan bahwa kebebasan politik adalah hal mendasar
bagi kebebasan Yahudi dan juga untuk menegaskan pentingnya Bait Allah dan Hukum
Taurat. (lih. W.R.F Browning, Op. Cit., 270)
[28] W.R.F Browning, Op.Cit., 269
[29] W.R.F Browning, Op.Cit., 462
Terima Kasih buat Penjelasan Materinya
BalasHapus