Metodelogi
Fungsional Teologi Kergma Bagi Negara, Masyarakat, dan Gereja
I PENDAHULUAN
Setelah
kita membahas mengenai Perkembangan IPTEK, pemikiran Filosofis, ekonomis,
Humanis, sosial dan politik di Eropa pada abad XVIII-XX, sekarang kita
diperhadapkan dengan berbagai macam teologia yang muncul. Kali ini kita
diperhadapkan dengan munculnya teologia kerygma oleh Bultman. Dimana tujuan
Bultman adalah menjadikan Firman Allah dapat dimengerti oleh manusia modern,
sehingga mereka dapat mengenal sabda Allah. Dimana Bultman tidak menganggap
penting apakah Yesus itu seorang tokoh atau bukan, yang penting ialah Yesus
telah datang. Yang kemudian
pemahaman ini banyak yang bertentangan dengan pemahaman para muridnya. Untuk
lebih jelasnya mari kita jejaki teologia kerygma tersebut.
II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Masalah
pada
zaman Modern ini menurut banyak orang, supranaturalisme teologi tersebut ialah
goyah karena digoyahkan karena interpretasi yang Historis, yang melahirkan
metode Historis kritis.kini dsejarahlah yang menentukan nasib teologi. demikian
kata orang pemikiran Historis inilahmemeiliki kekuasaan yang radikal dan
universal.hal ini lah yang disebabkan proses sekularisasi dunia modern. inti
proses sekularisasi ialah gagsan tentang adanya alam ilahi diatasyang memasuki
alam bawah dan yang turut campur tangan dialam bawah dipandang tak berdaya
lagi. manusia modern sudah tidak lagi berdiri diatas dua landasan itu. ia hanya
berdiri disatu andasan saja yaitu dibumi ini.
Metode
historis bukan hanya satu metode baru dibidang ilmun pengetahuan, melainkan
suatu pandangan yang baruatas totalitas hidup manusia. pemikiran dengan
pengertian “sejarah” kini telah mendesak pemikiran Metafisis, demikian kata oran. oleh karena itu kejadian yang mengungkapkan penyataan atau wahyu ilahi tidak dapat lagi
diberi interpretasidengan peralatan pemikiran metafisis.tiap bentuk yang
bersifar supranaturalistis telah terbunuh. “tabiat yang supra alami dan sejarah
yang supraalami”tidak mendapat tempat lagi. segala dipandang kejadian dipandang
terjadi hanya ada dalam sejarah. atau
tidak terjadi sama sekali. tiada jalan teengah akibatnya, penyataan atau wahyu
ilahi dipandang sebagai salah satu dari Gejala-gejala Historis didalam batas-bats pemberi alam
religi.Alkitab bukanlah buku yang diwahykan, melainkan suatu nasakh yang
disusun oleh manusia . oleh karena itu, Alkitab harus dibaca, diterangkan
dengancara yang sama denagn jika kita membaca dan menewrqangkan naskah-naskah
manusiawi yang lain.[1]
2.2 Keadaaan Eropa Abad XX
2.2.1 Konteks Pemikiran Teologi di Eropa
Dibidang keagamaan muncul persoalan
mengenai kebangkitan Agama-agama yang merasa menemukan kekuatannya kembali.
Berteologia harus bercermin kepada situasi disekitar gereja. Pada Abad ke-19,
berkembang usaha untuk mengetahui Yesus yang sebenarnya, Yesus yang diberitakan
oleh sejarah, bukan seperti apa yang diberitakan oleh Alkitab. Penelitian ini
berusaha untuk menemukan Yesus yang Historis, yang ada dibelakang pemberitaan
Alkitab mengenai Yesus itu. Tujuan penelitian ini adalah memberikan dasar
kepada kepercayaan orang Modern. Usaha
ini ternyata menghasilkan gambaran yang bermacam-macam mengenai Yesus yang
Historis itu. Dan hal ini disebabkan para peneliti itu ternyata tidak
mendasarkan penelitiaan mereka pada sumber Historis, tetapi pada pandangan dunia mereka masing-masing.[2]
2.2.2 Ilmu Pengetahuan
suasana
idealistis yang optimistis itu masih hidup dengan kuat pada awal abad ke XX. Pd
I memang mulai menggoyahkan cita-cita yang idealistis itu, namun sebelum
meruntuhkannya orang masih berharap bahwa dunia masih dapat menuju yang baik,
adil dan makmur dan aman serta damai. akan tetapi PD II menhghilangkan harapan
itu. namun kemampuan manusia dibidang ilmu pengetahuan makin berkembang dan
lebih positif. seprti ilmuledokteran, ilmu alam, ilmu hayat, sosiologi dll.
segala sesuatu yang tidak mungkin terjadi mungkin untuk terjadi. [3]
ilmu pengetahuan menjadi satu-satunya kekuatan dalam rangka perjuangan
pembaharuan,kultural,politik,hukum serta kemasyarakatan. jika abad-abad
sebelumnya merupakan kejayaan
Rasionbalisme dan kehancuran teologi Kristen, abad ke XX muncul suatu revolusi
dikalangan ilmu pengetahuan sendiri, dimana penemuan dianggap sebelumnay
mutlak.positif dan realistis. dan terpaksa harus ditinjau kembali dengan ditemukannya hal-hal yang baruy. PD I
menyadarkan bahwa rasionalisme dan
materialisme bukan satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi
kehidupan manusia.[4]
2.2.3Teknologi
pada abad ini
memperlihatkan perkembangan yang begitu dahsat dan luas. dan yangb paing
menonjol adalah dibidang Teknik. perkembanagn dari pesawat terbang sampai kapal
ruang angkasa, dari kereta kuda sampai mobil termewah, perkembanagn komunikasi
sampai pada Transistor radio dan TV.[5]
dalam masa deman Radio pada pertengahan tahun1920-An, banayak Gereja dan
lembaga-lembaga perlayanan mulai mengadakan siaran. menjelang tahun 1928,
terdapat enam puluh stasiun Radio dan TV memainkan peranan penting dalam
kebangkitan kembali fundamentalismepada tahun 1970-an.[6]
penemuan-penemuan berjalan terus. namun penemuan itu memabwa
persoalan-persoaalan sendiri karena disertai
dengan perkembangan lainnya, yaitu kemerdekaan bangsa-bangsa yang semula
dijajah.kemajuan Teknologi,Transportasi, komunikasi, dan Informasi apda abadini
memungkinkan jauh lebih banyak manusia mampu melihat semua fenomena yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi dalam
cakupanj yang lebih dalam dan lebih luas, sebagai suatu Fenomena yang
terintegrasi dengan seluruh bumi dan alam semesta.
2.2.4 Industri
Pecahnya PD II
tahun 1930 mengakibatkan depresi dunia yang membuat ketergantungan ekonomidan
politik kepada inggris dan amerika serikat pada awal abad XIX menjadi sempurna
dalam diri Elit Kreole yang menguasai tanah-tanah perkebuana di amerika latin.
murahnya barang-baranng dipasaran dunia mendorong amerika altin memproduksi
barang-barang Pabrik sendiri. industrialisasi berhasil diangkat dengan strategi
implasi yang dipercepat ala manejemen pemerintahannya Jhon Maynard Keynes.
dengan Industrialisasi tersebut , kelas buruh tumbuh dengan cepat . maka karena
implasi, Biaya hidup yang tinggi maka
mengakibatkan situasi politik dan stabil.[7]
2.2.5 Sosial Politik
Dalam
bidang sosial politik i9ni kita mau melihat bagaimana pengaruh darimn pada
pereng dunia tersebut yang pernah terjadi. perang dunia pertama memang mulai
menggoyahkan cita-cita yang idealistis itu, namun sebelum meruntuhkannya orang
masih berharap bahwa dunia masih dapat menuju yang baik, adil dan makmur dan aman
serta damai. akan tetapi PD II menhghilangkan harapan itu. namun kemampuan
manusia dibidang ilmu pengetahuan makin berkembang dan lebih positif. seprti
ilmuledokteran, ilmu alam, ilmu hayat, sosiologi dll. segala sesuatu yang tidak
mungkin terjadi mungkin untuk terjadi.
perang dunia pertama merupakan pengalaman kolektif bagi manusia Eroap
dan Amerika bahwa sungguh-sungguh suatu zaman telah dimulai. selain pengalaman
yang menyakitkan itu, abad xx memperlihatkan perkembangan-perkembangan yang
begitu dahsat dan luas yang tidak ada
tandingannya dialamn seluruh sejarah umat manusia.[8]
Akhirnya
perkembangan abad XX memeulai penyelidikan terhadapp hal0hal yang tdak
kelihatan dan metafisis, aterlebih karena kegagalan materialisme akhit perang
dunia. sehingga manusia mulai mendcari kenbali nilai-nilai moral dan etika dan
agama-agama. teori yang dulu mulai digocang kembali. ditambah dengan hilangnya
kepribadian manusia akibat kemajuan teknologi modern dan komputerisasi mulai
menggairahkan manusia kembali untuk emmandang kepada agama-agama.[9]
2.3 Sejarah perkembagan Teologi pada abad
XX
Pada
abad ini yang menjadi pe4rkembnagn teologi dimulai Sejak abad ke dua puluh di
negara-negara Barat, dalam ajaran Teologia yang terus menerus diperbincangkan
ialah doktrin Allah. Didalam dunia filsafat apa yang disebut sebagai “fisafat
analistis” menimbulkan suatu pertanyaan, mengenai kemungkinan membicarakan
tentang Allah secara logis. Filsafat ini terus menanyakan apakah mungkin bahasa
tentang Allah itu memiliki makna, bermacam-macam tekanan dari teologian sekuler
menuntut agar kita membicarakan perihal Allah dengan cara sekuler, sehingga
kita menghapuskan pemisah metafisikan antara pencipta dan ciptaan, antara Allah
dan dunia. Teologia “Allah mati” bahkan menanyakan apakah Allah itu benar-benar
ada atu tidak. Begitu juga dengan Paul Tillich[10]
dan Jhon Robinson, menunjuk pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
pengertian tentang Allah sebagai “yang ada diatas sana” serta mengusulkan
pemikiran tentang Allah sebagai berada di dalam bagian terdalam dari kehidupan,
yaitu dasar dari keberadaan kita. Dalam situasi dan keadaan seperti ini
muncullah sekelompok teolog untuk mencoba meneguhkan kembali doktrin Allah
dalam dunia yang skeptis[11].
Asal usul penekanan yang baru inilah yang disebut “teologi proses”. Kemudian
hal inilah yang nantinya dihubungkan dengan Charles Hartshorne dan juga A N
Whitehead.[12]
2.4 Awal Kemunculan Teologi Kerygma
2.4.1 Biografi Rudolf Bultman
Rudolf Karl Bultmann (20 Agustus 1884
- 30 Juli 1976)
adalah seorang teolog Jerman dengan latar belakang Lutheran, yang selama tiga dasawarsa menjadi
profesor dalam studi Perjanjian Baru di
Universitas Marburg.
Bukunya History of the Synoptic Tradition (Sejarah Tradisi Sinoptik)
(1921) hingga kini masih dianggap sebagai perangkat penting dalam penelitian
kitab-kitab Injil, bahkan oleh para sarjana yang menolak analisisnya tentang trope
retorika konvensional atau satuan naratif yang membentuk kitab-kitab Injil, dan
prinsip-prinsip yang berorientasi sejarah yang disebut "kritik
bentuk". Bultmann adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam
pendekatan studi ini:
2.4.2 Faktor-Faktor Kemunculan Teologi
Kerygma
Pertama sekali persoalan yang muncul
adalah. Apa artinya pemberitaan Yesus dan pemberitaan Perjanjian Baru bagi
manusia Modern? Yang dipahami adalah bahwa manusia modern selalu menggunakan
alat-alat teknik yang dihasilkan oleh ilmu alam. Kalau seseorang sakit dia
pergi kedokter dan menggunakan obat-obatan. Dalam hal bidang Ekonomi atau ahli
politik, sedikit orang yang memperhitungkan Intervensi yang langsung dari kuasa-kuasa transenden.[13]
Menurut
Bultman dalam membaca Perjanjian Baru, manusia modern menghadapi kesulitan
dimana manusia modern tidak percaya lagi pada roh-roh dan kuasa adikodrat, untuk
itu Bultman mau memperlihatkan maksud dari Perjanjia Baru, Ia berusaha untuk
memperdengarkan kabar baik Injil Yesus Kristus
untuk manusia pada masa kini yang sering kali menghadapi kesulitan untuk
mengerti Alkitab. Dia mengatakan
’’barang siapa yang menghilangkan setiap bentuk kepastian, akan menemukan kepastian yang
benar “ gagasan dengan teologisasi
dipandang Bultman sebagai metode
untuk menemukan kembali Kerygma asli
didalam tulisan Perjanjia Baru.[14]
Pemberitaan perjanjian baru Memproklamasikan Yesus Kristus, bukan saja
pemberitaan Nya tentang Kerajaan Allah
Tetapi pertama-tama diriNya dikandung dari Roh kudus dan dilahirkan oleh Anak
dara Maria dan Ia akan datang Kembali
sebagai Anak Manusia di awan-awan dilangit dan sebagai Hakim yang
membawa Keselamatan dan kebinasaan, hal
ini dilihat sebagai Demytologisasi.[15]
2.4.3 Timbulnya Bultmanisme
Dalam
periode sesudah perang ke II, Gerakan kepada Allah yang lebih suprantural
dengan akibatnya keatas pokok pribadi dan pekerjaan Kristus diikuti oeh suatu
gerakan lain yangbkembali kepada konsep yang lebih liberal dan ini terhimpun
dalam tulisan Bultman karena berusha menegagkan pandangan Gereja mula-mula.
Bultman memakai cara Demitologisasi (menghubungkan Unsur Mitos s\dalam sejarah
Perjanjian Baru/ Injil ) dengan ini demitologisasi dipergunakan secara utama
untuk menentukan makna yang sesungguhnya dari perjanjian Baru dan pandangan
Gereja Miula-mula. dalam usahanya untuk menghilngkan supranatural dannsampai
pada tafsiranyang tak mengandung unsur muzizit dari perjanjian baru. Bultman
cenderung untuk melemahkan Fakta tentang Yesus yang bersejarah dalam Alkitab dengan
menekankan apa yang dipercayainya sebagai pandanagn Gereja mula-mula daripada
menekankan apa yang diajarkan oleh Alkitab itu sendiri.[16]
2.4.4 Metode yang digunkan Bultman
Program
demitologisasi adalah tujuannya untuk menemukan bagaimana kerygma (berita
sesungguhnya/ inti sari dari pewartaan injil ) kerygma itu adalah Yesus Kristus
itu sendiri. Bagaimana cacranya supaya tercapai tujuan ini maka dibuatlah
metode :
Histori
kritis : membaca dan menapsir Alkitab.Yang mau diungkap adalah pesan penulis
itu sendiri tentang siapa, apa, karya Yesus. Penulis meluangkan pikirannya
dalam historis maka tujuannya adalah mengupas hal-hal yang kritisi : sosial,
ekonomi dll. Hal inimembuktikan bahwa peristiwa itu yang menyejarah (terjadi
dalam sejarah).Tujuan semua untuk menemukan kerygma yang diwartakan pada masa
kini dan disini untuk itu bahwa teologi
kita bukan teologi apa tetapi teologi siapa. artinya mewartakan siapa
kerygma itu. Contoh : Yesus berjalan diatas air.
Yang
perlu diberitahukan siapa oknumnya yaitu Yesus. Supaya orang-orang masa
sekarang tidak memandang dan tidak berharap kepada situasi tetapi memandang
kepada siapa.Minggu Advent adalah minggu kedatangan, jika tiba-tiba teks
khotbahnya yang dikhotbahkan tentang situasi yang terjadi maka kita harus
berpijak pada kerygma yang akan datang. dan juga di mencoba melihat dari metode
Kritiok bentuk yang tujuan
dari kritik bentuk adalah untuk menentukan bentuk asli dari sepotong naratif,
suatu ucapan Tuhan, atau suatu perumpamaan. Dalam prosesnya kita belajar untuk
membedakan tambahan-tambahan dan bentuk-bentuk sekuknder, dan semua ini pada
gilirannya membawa kita kepada bentuk-bentuk penting bagi sejarah dari
tradisinya."
2.5 Tokoh Yang Mengomentari Teologia Bultman
2.5.1 Ernst Kaseman
Kaseman
menyatakan iman tiada artinya jika tanpa Yesus yang historis, sebab tugas
teologi ialah untuk melihat kesinambungan tersebut. Kaseman berpusat pada Yesus
yang historis dengan dilatarbelakangi oleh persoalan tentang nisbah, antara
penyataan atau wahyu dan sejarah dimana tekanan diletakkan pada sejarah. Akibatnya
timbul suatu diskusi yang luas tentang persoalan Yesus yang historis. Dimana
para murid sendiri saling bertentangan dengan sang guru. Menurut Kaseman, iman
Kristiani dikaitkan dengan suatu kejadian tertentu dalam sejarah, yaitu
kejadian yang terjadi pada Kristus. Dia menyatakan kerygma itu menyebutkan
dengan menekankan bahwa Yesus menjadi kriterium dan kriterium ini dibicarakan
sebagai suatu penampakan historis. Letak perbedaan kerygma dengan Bultman
ialah, Bultman mementingkan kerygma sedang pemikiran kembali yang baru ini
mengusahakan agar dalam kerygma itu kita menuju sejarah dan dari sejarah
kembali ke kerygma.
2.5.2 Ernst Fuchs
Fuchs lebih menekankan pada tingkah laku
(perbuatan-perbuatan) Yesus. Perbuatan-perbuatan Yesus menunjukkan kerangka
yang sebenarnya dari pemberitaanNya. Perbuatan-perbuatan itu menjadi anak kunci
untuk membuka pemberitaanNya. Firman Yesus (dalam percakapan dan perumpamaan)
itu sebenarnya kesaksian tentang diriNya sendiri, sebab Firman itu mengartikan
keputusan yang diamblinya. Jadi kerangka pandangan Fuchs ialah Yesus itulah
orang yang tanpa jabatan yang menempati tempat Allah artinya tanpa ditugaskan
oleh Allah ia telah menjadi wakil Allah karena didalam segala perbuatannya maka
cara Yesus berbuat itulah cara berbuat kasih, dimana didalam Firman Yesus itu
terkandung Firman Allah, dan oleh karena perbuatan-perbuatanNyalah maka Yesus
disalibkan.
2.5.3 Gerhard
Ebeling
Ebeling menganggap bahwa pusat Yesus yang
historis itulah iman, sejarah bukan beralaskan suatu ide tentang fakta-fakta
yang positivistis, melainkan berdasarkan kejadian-kejadian Firman.
interpretasinya mengikuti garis dari Yesus yang historis ke kerygma jemaat
pertama. Soal Yesus historis menjadi satu-satunya anak kunci penapsiran
Kristologis. Satu-satunya hal yang boleh dibicarakan oleh kerygma ialah apa
yang terutama ada pada Yesus sendiri, tugas Kristologi ialah dengan menapsir
berusaha menemukan apa yang terkandung didalam Yesus yang historis sendiri, yaitu yang terkandung dalam
amanatNya dan apa yang terjadi padaNya.
2.6 Teologi Kerygma
2.6.1 Pengertian Teologia Kerygma
Kerygma (Yun) adalah tindakan mewartakan,
pesan yang diwartakan. Pesan dasar yang menyatakan tindakan Allah yang
menawarkan dan melaksanakan karya penyelamatan dalam Wafat dan Kebangkitan
Yesus. (Rm 16:25; 1Kor 1:21; 11:3-5). Pewartaan ini mendahului pengajaran yang lebih rinci mengenai Kristus
dan Kristianitas. Dalam septuaginta Kerygma dapat berarti pernyataan resmi oleh
seorang Iman( Lih kel 32:5) atau kata Nabi yang terilhami (Yes 61:1)
Injil-Injil jelas bersifat Kerygmatis karena isinya adalah pewartaan mengenai
kabar Gembira.[17]
Kerygma juga pemberitaan dalam arti berita sukacita yaitu Injil.[18]
Sama halnya dengan yang disebutkan Dr, R Soedarmo bahwa Kerygma itu adalah kata
kerja bahasa Yunani Kerusso, artinya
memberitakan, yang memberitakan disebut keruk,
jadi Kerygma lebih tepat kalau diterjemahkan ’’Proklamasi“, Proklamasi
bukan pemberitaan biasa hanya untuk mengetahui saja, Kerygma adalah ajakan,
malahan untuk menerima dan menaati, Kerygma dalam Perjanjian Baru adalah Yesus
telah mengalahkan dosa dan maut. Ia telah bangkit dan barang siapa menerima Dia
akan bangkit. Juga Kerygma itu bagi manusia adalah kebodohan tapi bagi yang
terpanggil adalah kekuatan Allah.[19]
Dengan itu Kerygma adalah Kabar Gembira
yang mengajak dan memanggil siapa saja, supaya mendengar dan menerimanya.[20]
Kerygma selalu diakhiri dengan ajakan bertobat, tawaran pengampunan dosa,
pemberian Roh Kudus dan janji keselamatan, yaitu dalam zaman yang akan datang
yang dikaruniakan kepada mereka yang terhisap pada kelompok yang terpilih.[21]
2.6.2 Teologia Kerygma
Focus
perhatian Kerygma awal adalah pada Pokok tentang kematian dan pemulihan Yesus.
Studi Kristisisme modern mengadakan
pembebasan yang jelas antara
Yesus yang sejarah dan Yesus yang dimuliakan. Sering Yesus yang sejarah
dipandang sebagai Mitos sehingga tidak
dianggap sejarah. Namun hal ini
jelas bukan pandangan atau kepercayaan Gereja mula-mula. Mereka memberitakan
tujuan hidup seorang manusia nyata yang histories, yaitu Yesus dari Nazaret.[22]
Hakekat injil yang disebut oleh
Bultman sebagai kerygma merupakan inti yang tidak dapat dipersempit lagi dan
orang jaman modern ini harus diperhadapkan dengan inti tersebut dan harus
mempercayainya. Tetapi orang modern
tidak dapat menerima kerangka yang bersifat mitos yang membungkus hakikat
injil. Karena itu teologia harus berusaha untuk melepaskan berita kerygma dari
kerangka yang bersifat mitos.[23]
Injil-injil sinoptis dipandang sebagai dokumen sejarah yang dapat dipercayai
ini tidak berarti untuk mempertahankan
bahwa segala sesuatunya adalah benar. Tetapi untuk mempertahankan bahwa bila
dipakai sesuai dengan metode-metode kritik yang sehat dan tidak berat sebelah
injil-injil itu memberikan suatu ulasan yang dapat dipercayai tentang perkataan
dan perbuatan Yesus, dan untuk menolak pendapat-pendapat radikal seperti
Bultman. Di negeri Inggris ada suatu prinsip keadilan, seseorang dikatakan
bersalah apabila mepunyai bukti-bukti akurat. Demikianlah boleh dipandang sah
oleh injil-injil sinoptis kecuali dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat
dikemukakan untuk membukakannya[24]
Menurut
Bultman Kerygma ialah apa yang diserukan oleh seorang pelopor, amanat(messege),
proklamasi, kesaksian, pemberitaan. Maksud Bultman ialah Kerygma yang dimaksud
adalah Kerygma yang merupakan berita Perjanjian Baru itu dengan pemberitaan kini menjadi suatu sapaan, suatu teguran
pribadi Allah kepada saya. Serta memanggil saya untuk memanggil keputusan. Isi
Kerygma ialah apa yang terjadi pada Yesus Kristus (Christ-Event) apa yang terjadi pada Yesus menjadi Realitas kini dan
disini.[25]
Maka kerygma itu identik dengan perealisasian kerygma, pemberitaan firman
merupakan suatu pembicaraan tentang pernyataan atau wahyu Allah sendiri dan Allah
menyatakan diriNya didalam Firman.
Teologia Bultman disebut teologia
Firman, teologia kerygma. Bultman memegang teguh sifat transenden Allah, tetapi
perbuatan-perbuatan Allah dialaskan pada eksitensi manusia, didalam kejadian
itu karya penyelamatan Allah yang menentukan terjadi sekali untuk selamanya.
Iman bukan beralaskan suatu sikap atau sifat manusia melainkan diarahkan pada
suatu yang ada diluar iman. Iman timbul karena suatu pertemuan dengan suatu
kejadian histories. Beriman berarti
mendengarkan dan menjawab panggilan, sebab Allah tidak dapat dikenal diluar
iman.[26] Yang menjadi Tuhan bukanlah Yesus yang
historis melainkan kerygmanya, yaitu Yesus kristus yang diberitakan itu. Iman
hanya bersangkut paut dengan kerygma, percaya kepada kebangkitan Yesus berarti
percaya Firman yang kini dan disini diberitakan kepada kita. Dimana iman yang
menentukan arti yang terkandung didalam Firman yang diberitakan.
2.6.3 Firman kepada Gereja dan Firman dari
gereja [27]
a) Tiga Bentuk Firman
Firman
Itu sendiri adalah Yesus Kristus , Alkitab Adalah kesaksian tentang Wahyu Allah
didalam Kristus . Karl barth pertama-tama menguraikan dan menyebut
masing-masing:
- Firman yang diberitakan
- Firman yang tertulis
- Firman yang dinyatakan , dan Ia menyebutnya dalam urutan itu sendiri
inilah Firman Allah yang satu itu dalam Tiga Bentuknya, Allah yang satu
dan sama yang berkata dan Firman yang satu dan sama Juga yang disampaikan
Heinrich Vogel memilih urutan-urutan yang terbalik. yang belakangan ini
menyusun yang demikian
- Firman yang telah terjadi
- firman yang disaksikan
- Firman yang diberitakan
Meskipun tidak penting bagaiman kita menyebut Bentuk-bentuk Firman
itu.namun adalah sangat pentingbagaimana kita mengutrutkannya yaitu Firman yang diberitakan-Firman yang
tertulis-firman yang dinyatakan .
b) Wibawa Firman
Tuhan
Yesus Kristus adalah pengkotbah yang memberitakan Diri-Nya sendiri. Ia
berkehendak Untuk membuat diri-Nyadikenal.ia mengangkatpengkotbah sebagai
pelayan FirmanNya, Wibawa orang yang berkotbah itu bukan Jiplakan ataub
pantulan bukan pula dengan pengalaman atau status . Wibawa itu adalah Karunia
dari Yesus Kristus yang hadir didalam roh Kudus. wibawa yang dikaruniakan itu
tidak lebih kecil atau kurang penting daripada Wibawa Kristus, karena Dialah
sang pengkotbah itu sendiri menyusul bahwa “konservatif”Alkitabiah ini yaitu
“sikap mempertahankan” sebanyak mungkin kata-kata Tuhan Yesus yang Asli (dan
dengan semikian merendahkan nilai bagian-bagian laindari Alkitab), harus menjadi “Liberalisme” apabila sampai
pad persoalan berkotbah.segera setelah seorang memisahkan atau membeda-bedakan
kata-kata Ialhi dan manusiawi dalam Alkitab , ataub kata-kata Tuhan Yesusdan
kata-kata alain , mau tak mau harus mengatakan bahwa Kgotbah-khotbah
(manusiawi) kita dalam Gereja Tidak mengkin merupakan Firman Allah, hanya
kutipan dari alkitab tetapi tentu hanya bagian yang ilahi saja dari Alkitab.
2.6.3 Otoritas Alkitab
dimulai
dari waktu pembab tisan, pengakuan iman
rtasuli, upacara pemberkatan Nikah, mengikuti perjamuan Kudus demikian pula dalam persekutuan-persekutuan,
dsampai akhir hayat ini selalau Firman
Allah yang mempennagruhi kehidupan dan pekerjaan Kita. selama hidup kita
terpanggil untuk hidup dalm p[ersekutuan yang baru. hidup dalm iman,
persekutuan Kasih, pengharapan management,asa sepan dll.Alkitab memang sebuah
buku yang berisi penyataan para murid Yesus yang menyangkut peristiwa pekerjaan
Allah kepada manusia. tetapi haruslah kita percayai bahwa dari Firman masih
yang tertulis dalam Alkitab itu kita benar-benar mendengar suara Tuhan sendiri Yang dapat tercipta dalam “Wahyu” dan
“Iman” yang bekerja dalam hati manusia dan yang dapat mempengaruhi, Mengubah
Hati dan pikiran kita dan juyga
keberadaan kita untuk mencapai hidup yang berhubungan langsung dengan Tuhan
setiap hari, inilah yang berarti yesys Kristus berada damlam hidu p kita dan
kita dalam Yesus Kristus.[28]
2.7 Yesus Yang Historis
Dengan memikul
salib dipandang sebagai kejadian penyelamatan dan sejarah Yesus yang dipandang
sebagai kejadian penyelamatan. Kejadian penyelamatan itu dipusatkan kepada
salib dan kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus tidak dapat dipisahkan dari
salib, sebab kebangkitan itulah pengungkaban tentang pentingnya salib, yaitu
bahwa kematian Kristus tidak boleh dipandang sebagai suatu kematian yang
insani. Sebab kematian disalib itulah penghakiman Allah yang membebaskan.
Dengannya Alla memberikan keselamatan pada dunia serta menciptakan kemungkinan
untuk hidup dengan sungguh-sungguh maka kebangkitan Kristus itulah suatu
kesatuan serta menjadi asal dan bahan iman. Kebangkitan merupakan pusat pengakuan iman Kristen.[29] Injil menjelaskan bahwa kebangkitan Yesus
benar-benar telah terjadi, kubur kosong (Lukas 24:3), batu yang terguling
(Markus 16:4), kain yang sudah tergulung (Yohanes 20:6) adalah bukti yang
menandakan bahwa Yesus Kristus adalah bangkit. Dari Fakta inilah Petrus
mengajak bangsa Israel untuk bertobat dan dibabtis dalam nama Yesus Kristus.
2.8 Yesus yang Di Imani dan Dikotbahkan
Kepercayaan
kriten bukanlah diartikan kepada “sesuatu” melainkan kepada seseorang, yakni Yesus Kristus. Percaya
(mengimani) adalah hubungan pribadi antara dua oknum yaitu manusia dan Yesus
Kristus. Allah tidak sembunyi dalam kekelanNya namun Allah menyatakan diriNya,
Ia sendiri telah datang kepada kita didalam diri Yesus Kristus. Dalam Alkitab
disebutkan tentang hubungan antara Allah dengan manusia, antara manusia dan
Allah. Dalam iman ada terjadi suatu hubungan yang dapat diungkapkan Aku-Engkau, imanlah yang merupakan garis
penghubung antara Aku dan Engkau, percaya adalah hubungan antara pribadi
manusia dengan Allah.[30] Hal
ini diwujudkan dengan memandang kepada Yesus Kristus, oleh iman kita hidup
sebagai manusia baru, yang merdeka yang kita peroleh dari anugerah Allah yang
memberikan kesempurnaan anugrah dengan kematian, kebangkitan dan kenaikan kesurga. ‘Andaikata Kristus tidak bangkit
maka sia-sialah kepercayaan kita’(1 Korintus 15:14). Alkitab berisi tentang
kebenaran–kebenaran yang diwahyukan tentang pernyataan Allah yang titik
pusatnya Yesus Kristus, oleh sebab itu harus dikhotbahkan (diberitakan) isi
injil yang telah menjadi daging (manusia). Berkat adanya Alkitab (yang
didalamnya rangkaian injil) maka orang dapat percaya dan mempercayakan dirinya
kepada Yesus, namun jika Yesus tidak disalibkan dan bangkit, maka khotbah hanya
omong kosong dan iman tidak ada artinya. Karena Yesus mati dan bangkit maka
iman terpusat pada kebangkitan. Yesus yang di imani itulah yang harus dikhotbahkan. Dan khotbah-khotbah
tentang Yesus merupakan jalan pengajaran bagi umatNya agar dapat mengetahui rangkaian
karya penyelamatan yang telah dilakukan Yesus.
2.9 Masalah yang
dihadapai pada masa Kini dalam konteks indonesia
Sekarang
kita berada dalam suatu kurun waktu pembangunan yang cepat berkembang. yang
membawa perubahan-perubahan besar,
mendasar dan menyeluruh. gereja tidak lagi hidup dalam zaman yang statis
dan masyarakata yang tradisional. sehingga tak dapat dipungkiri yang nantinya
merubah pemahaman manusia mengenai agama. terkusus pengelompokan agama ditengah
kemajun zaman, masalah kedua adalah masalah kegersanagn Rohani dalam wadah dan
ceremoni serta ritus Tradisional dan dalam kejausan dan kelaparan yang tak
terhingga mencari santapan rohani. dalam sepermarket-supermarket agama masa
kini dan jika kita bandingkan dengan banyaknya yangb menjadnjikan keselamnatan
dalam nerbagai bentuk sampai kepada bentuk-bentuk ekstrim dan Eksklusif yang
menarik perhatian bagi banyak warga Gereja.[31]
Bila kita sekarang menayadari
masalah masalah yang kita hadap. dan tantangan-tantangan yang tak terelakkan
dalam zanman yang cepat berkembnag dann berubah in, maka segudang pertanayaan
akan muncul dalam benak kita yang bila tidak kita hadapi dengan iman percaya
kita. lalau bagaimana Metodologi fungsional suatu teologi itu jika kita pandang
dari sudut Teologi Kerygma bagi masyarakat, Gereja dan Negara. apakah masih
mempunyai peranan atau bagaimana keterkaitan hal ini dengan apa yang terjadi
pada masa kini.
3.0 Metodelogi Fungsional Teologi Kerygma
Bagi Gereja
Gereja dan Teologi yang Trdasional didalam
mengusahakan teologi mempergunakan pengertian-pengertian yang diambildari
Filsafat yunan. tindakan ini mengakibatkan Penyataan atau wahyu Allah yang
dipandang sebagai suatu kawadsan
tersendiri yang dipisahkan dari
kaeadaan-kaeadaan pada masa kini. tanda pengenal ynag khas dari penyataan atau
wahyu Ilahi aialah Muzizat nyang tidak diataklukkan pada hukum-hukum alam.
pandangn yang demuikian disebut pandangan Supranaturalis. latar belakang
pandanagn ini adalah semacam dualisme kosmis yang menganggap adanya dua alam
yang diperhadapkan, yang satu berbedadengan yang lain. yang lebih kurang
diperhadapkan sebagai disubordinasikan pada yang lain yaitu alam bawah dan alam
atas, alam jasmani dan alam rohani s4erta alam insaniu dan alam ilahi. lantas
bagaimana metodologi fungsional teologi kerygma ini bagi gereja? kiat memahamai
bahwa Focus teologi Kerygma itu adalah perhatian Kerygma awal adalah pada Pokok
tentang kematian dan pemulihan Yesus. Studi Kristisisme modern mengadakan pembebasan yang jelas antara Yesus yang sejarah dan Yesus yang dimuliakan.
Sering Yesus yang sejarah dipandang sebagai Mitos sehingga tidak dianggap sejarah. dan Gereja pada saat ini
mulai goyah akibat proses sekularisasi modern. dimana yang paling menjadi
masalah adalah sulitnya Gereja memahami semua perjalanan Hidup Yesus. dan kini
sejarah menajadi tinggal sejarah pemaknaan iut kurang dirasakan dan diimankan
dalam kehidupannya sehari-hari. dan anggapan yang sering muncul sekarang adalah
bahwa Yesus itu hanya tinggal dalam sejarah. sehingga yang menjadi relevansinya
bagi Gereja masa kini adalah menjadi pengikut Yesus Kristus tidak hnay berarti
meniru perbuatan-perbuatanNya. menjadi pengikut Yesus Kristus bahkan harus
dimulai dengan mengambil sikapnya itulah apa-apa saja sejarah masa kehidupan
yesus. dengan sikap inilah yang mendorong dengan sendirinya untuk berbuat
sesuai denagn sikapnya. Yesus mengorbankan segala apa yanag adam padaNya. demi
keselamatan bagin orang lain. tetapi yang terjadi sekarang adalah orang
mengorbankan orang lain demi keselamatannya sendiri.
3.1 Metodelogi Fungsional Teologi Kerygma
Bagi Negara
Melihat
tereksposnya masyarakat dengan dengan tingkat kemajuan ynag berbeda beda pada unsur
unsur teologi dari masyarkat modern. timbul berbagai pertanyaan yang bernada
kekawatiran yang beralasan dan juga tidak beralasan.bangsa indonesia dalam GBHNnya jelas pendapatnya
tentang penerimaan unsur-unsur dari golongan asing demi pengmbangan bangsa indonesia.
namun perlu ada filternya untuk menyaring bagian mana yang dapat meningkatkan
bangsa indonesia.
misalanya dalam bidang IPTEK. lalu kaitannya dengan kemajemukan Agama, bagaiman
negara memandang Yesus Kristus itu sendiri. dalam hal ini ada berbagai sikap
yang di pahami bahwasanya Kerygma itu harus dipandang jangan dari bungkusnya.
tapi apa yang disampaikan. yaitu firman itu sendiri. sehingga melalui ini kita dapat menbangun
diaolog agama yaitu pendekatan yang dialogis artinya membiarkan pembahasan
teologi kita dipengaruhi agama lain, sehingga kita terpaksa menjadi jujur dan
lebih memperdalam kehidupan kerohanian kita. perjumpaan yang sejati dengan
orang lain, kepercayaan dan ideologi lain dan menemukan bahwa ada jalan lain
untuk mengenal kebenaran dari pada yang kita pelajari. dan mengusulkan baiknya
dalam dialog harus ada pertobatan dialogis yaitu berbalik dari memakai dialog
sebagai alat untuk mengubah iman kepercayaan lain dan melangkah masuk kedalam
kehidupan mitra-mitra kepercayan sehingga tujuan dialog dapat memperoleh
pemahaman yang lebih penuh tentang iman kita sendiri dan pengertian yang lebih
dalam tangtang orang lain. Dan juga untuk membangun persekutuan diantara semua
manusia tanpa memandang perbedaan latar belakang agama, ras, budaya. dialog
umat beragama harus didasari oleh suatu dialog teologis demi untuk melakukan
suatu kajian kritis terhadap diri sendiri. Langkah ini perlu dilakukan guna
memisahkan harapan dari ketakutan agar tidak tercampur baur. Dialog teologis
perlu dilakukan karena distorsi dan kesalahpahaman perlu diminimalisir dan jga
apresiasi perlu ditumbuhkan. Teologi harus dibebaskan dari memori traumatik
dari hubungan manusia antar umat beragama dan berani melangkah kearah hubungan
yang lebih manusiawi.sehingga relevansinya adalahSetiap umat beragama hendaknya
mengakui adanya suatu logika yang menyatakan bahwa Yang satu (Tuhan) bisa
dipahami dan diyakini dengan berbagai cara dan bentuk penafsiran. Sesuatu yang
hakiki dalam setiap keimanan suatu agama ketika ditangkap oleh manusia menjadi
plural.Banyak tafsiran dan pemahaman mengenai Tuhan Yang Satu itu harus
dipandang hanya sebaga jalan menuju
ke hakikat yang absolut. Prinsip yang kedua ini sangat penting. Sebab,
disamping memberikan dasar atas pandangan bahwa pluralisme itu sebagai suatu
keniscayaan dan terbukti sangat diperlukan untuk melindungi kebebasan beragama
dan menghormati keterbatasan manusiawi, juga langkah preventif untuk mencegah
adanya kemungkinan pemutlakan pada masing-masing bentuk keagamaan dan
pemahaman.
Karena
keterbatasan dan sekaligus kebutuhan kita akan komitmen terhadap suatu
pengalaman partikular mengenai realitas yang transenden dan absolut, maka
pengalaman partikular kita masing-masing pun terbatas. Artinya, negara yang
berbeda umat memandang agama yang dianutnya hanya sebagai jalan atau kapal menuju ke hakekat yang absolut, meyakini jalan
atau kapal tersebut harus tetap sebagai sesuatu yang memiliki nilai pemutlakan.
3.3 Metodelogi Fungsional Teologi Kerygma
Bagi masyarakat simalungun (GKPS)
Gereja
ini merupakan hasil kegiatan pekabaran Injil Para Missionaris perhimpunan
pekabaran Injil Rhein. didaerah simnalungun. pada 2 september 1903, RMG
menempatkan Missiionarisnya yang pertama di simalungun adalah Pdt august Theis.
Kekristenan Berkembang didaerah ini karena dukungan Raja-raja simalungun dan
penggunaan dialek simalungun.[32]
dan mengenai pandanagn orang simalungun terhadap Yesus Kristus yiatu NASma
Yesus Kristus tidak pernah diterjemahkan kedalam bahasa lokal. sebab nama itu
adalah suatu nama yang asing dalam religisitas simalungun.Batak Mission memakai nama itu dalam usaha penguijilan di
simalungun. dan pengerja simalungunpun mengambil alih nama itu dalam Alkitab
mereka. bagaimana[pun juyga dalam memberitakan Yesus Kristus kepada Penduduk
pribumi, para zendeling mau tak mau harus memberitakan yesus Kristus yang Adalh
Allah (Naibata) Anak Allah (Anak ni Naibata) dan Anak Manusia (Anak manisia).
selain itun juga mereka memberitakan tentang peran dan pekerjaan Yesus Kristus.[33]
Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah. oleh sebab itu ia dapat
menyelamtkan Manusia dari Kuasa Dos, tetapi Ia juga sungguh-sunguh Manusia
lahir dari manusia yakni Maria. oleh karena itu Yesus Kristus adalah
benar-benar Anak Manusia ynagb menghubungkan DiriNya kedalam kehidupan manusia. selanjutnya
akibatv dsari para zendeling pengerja
pribumi mempercayai bahwa Yesus Kristus
adalah Tuhan Jurub selamat. untuk menanamkan kepercayaan seperti itun mereka
mengambil ilustrasi dari lingkungan yang dikenal oleh orang simalungun. yesus
Kristus dipandang sebagai Anak Allah yang menjadi wakil seluruh umatb manusia yang ditimpa oleh murka Allah akibat
pemberontakan manusia. IA telah membuat segala-galanya menjadi tanggungannya
sendiri. dengna pengantara Yesus Kristus maniusia dapat berdamai dan dapat
bersekutu kembali dengan Allah. sebagai pengantara, Yesus Kristus menyampaikan
kehendak Allah dengan ketaatan sempurna hingga kematianNya di kayu salib yakni
dibukit Golgata.[34] Yesus
sebagai korban perdamain dan juru selamat,. para zendeling memberitakan bahwa perdamaian
adalah perbuatan kasih Allahy yang dalam Yesus Kristus Telah menanggung sendiri
dosa manuisa. sehingga orang simalungun
memberitakan perdamaian Kristus tersebut sama bentuknya dengan apa yang
telah diasampaikan oleh para Zendeling. yaitu dengan menyatakan pengorbanan
Yesus Kristus Di kayu salib.
III Refleksi Teologis
Kahadiran
Allah merupakan hal yang paling bermakna bagi kehidupan umatNYa. dan hal itu
dilakukan karena kasih Allah yang begitu besar bagi kita Umat manusia. tapi
terkadang manusia kurang menyadari betapa berharganya kitab dimata Allah. malah
kita sering memperdebatkan apakah Allah itu benar-benar masih ada sampai
sekarang,atau apakah Yesus itu hanya sebatas sejarah yang pernah terjadi. pada
masa kini jika kita bandingkan dengan kehidupan kita pada masa lalu semuanya
sudah berubah dari hadapan kita?, lalu
apakah cerita tentang Yesus Akan berubah malah saat ini sangat berkembangnya
kemajuan zaman. semuanya sudah mulai dikikis oleh Ilmu pengetahuan. tetapi kita
selaku umat percaya harus tetap mengakui bahwa Allah itu tetap hadir dalam
kehidupan manusia. dan kita harus mengetahui keberadaan kita selaku umat yang
sudah ditebus oleh Yesus. dan semuanya itu harus kita tunjukkan didalam iman
percaya kita.
IV Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan
bahwa Kerygma itu adalah kata kerja bahasa Yunani Kerusso, artinya memberitakan, yang memberitakan disebut keruk, jadi Kerygma lebih tepat kalau
diterjemahkan ’’Proklamasi“, Proklamasi bukan pemberitaan biasa hanya untuk
mengetahui saja, Kerygma adalah ajakan, malahan untuk menerima dan menaati,
Kerygma dalam Perjanjian Baru adalah Yesus telah mengalahkan dosa dan maut. Ia
telah bangkit dan barang siapa menerima Dia akan bangkit. Juga Kerygma itu bagi
manusia adalah kebodohan tapi bagi yang terpanggil adalah kekuatan Allah. Namun
dari pemahaman Bultman yang tidak menganggap penting apakah Yesus itu seorang
tokoh atau bukan, yang penting ialah Yesus telah datang. Yang kemudian
pemahaman ini banyak yang bertentangan dengan pemahaman para muridnya.
V. Daftar Pustaka
Harun Hadiwijono, Teologi Reformatoris Abad ke 20, Jakarta: BPK-GM,2004
H.Berkhof dan I
Enklaar, sejarah Gereja, jakarta:
BPK-GM,2006
Herianto,
Alkitab dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta:
BPK GM,1981
L.Oranje,Sejarah
Ringas Teologi Abad XX, Jakarta:BPK-GM,1986
A.Kenneth Crutis.
stephen Lang, dan Petersan , 100
peristiwa penting dalam sejarh Kristen, diterjemahkan oleh A.Rajendaran, Jakarta:BPK-GM,2006
Wahono Nitiprawiro,teologi
pembebasan, sejarahy metode, praksis dan isinya, Yogyakarta:LKIS,2000
Kamus
Teologi (Inggris Indonesia), Jakarta
: BPK-GM, 2005
Harvie M. Conn, Teologi Kontemporer, Malang : SAAT, 1999
J.L.Ch. Abineno,Rudolf
Bultman dan teologinya, Jakarta
: BPK-Gunung Mulia,1989
John F Walvourd Yesus
Kritus Tuhan Kita, Surabaya: 1969
Gerald’ O collius, Kamus
Teologia, Yogyakaerta: Kanisius
Pdt.A. Munthe, Kata-Kata Sulit Teologia, Yogyakart: Taman Pustaka Kristen,1994
R.Soedarmo, Kamus Istilah Teologi,Jakarta: BPK-Gunung Mulia,1991
A. Heuken S,J Ensiklopedia Gereja Jilid IV K-Ki, Jakarta:Cipta Loka
Caraka,2005
George.E Ladd,Teologia
Perjanjian BaruJilid 2, Bandung:
kalam Hidup,2002
Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer, Malang
: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1985
AM Hunter, Memperkenalkan Teolgia PB,
Jakarta, BPK-GM, 1986
Dietrich Ritschi
Teologi Pemberitaaan Firman Allah, Jakarta : BPK-GM, 1990
DR.A.A Sitompul Bersahabat
dengan Firman , Jakarta:
BPK Gunung Mulia,1986
Van Niftrik B. J. Bolandh, Dogmatika
Masa Kini, Jakarta: BPK- GM, 2006
Pdt.D.Dr.S.A.E Nababan,
Menari Keseimabanagn, Jakarta:Pustaka
sinar Harapan,1994
F.D Wellem,Kamus
Sejarah Gereja, Jakrta: BPK gunung Mulia,2006
[1]J.Wismar saragih, Ambilan na mapansing, Pematang
Raya,1903
[1]
Harun Hadiwijono Teologi Reformatoris
abad ke 20…………..hal 69-70
[2] Harun
Hadiwijono, Teologi Reformatoris Abad ke 20,
Jakarta:
BPK-GM,2004,hlm,24
[3]
H.Berkhof dan I Enklaar, sejarah Gereja, jakarta: BPK-GM,2006,hlm.268
[4]
Herianto, Alkitab dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: BPK GM,1981,hlm.24-25
[5]
L.Oranje,Sejarah Ringas Teologi Abad XX, Jakarta:BPK-GM,1986,hlm.10
[6]
A.Kenneth Crutis. stephen Lang, dan
Petersan , 100 peristiwa penting dalam sejarh Kristen, diterjemahkan oleh A.Rajendaran, Jakarta:BPK-GM,2006,hlm
156
[7] Wahono
Nitiprawiro,teologi pembebasan, sejarahy metode, praksis dan isinya, Yogyakarta:LKIS,2000,hlm.63
[8]
L.Orance, ibid , hlm. 10
[9]
Herianto, ibid hlm.25
[10]
Allahlah “ada” itu sendiri. Allah dapat ditujukkan dalam segala yang ada,
sekaligus Ia jauh tanpa batas, mengatasi yang ada. Realitas Allah tidak
bersyarat, sedang realitas dunia terbatas. Keduanya memang saling berhubungan.
Lih. Harun Hadiwijono, Teologi Reformatoris Abad Dua Puluh, Jakarta: BPK-GM, 1993,
hlm. 102
[11]
Skeptis dapat diartikan sebagai keragu-raguan. Lih. Henk Ten Napel, Kamus
Teologi (Inggris Indonesia),
Jakarta :
BPK-GM, 2005, hlm. 292
[12]
Harvie M. Conn, Teologi Kontemporer, Malang
: SAAT, 1999, hlm. 101
[13] J.L.Ch.
Abineno,Rudolf Bultman dan teologinya, Jakarta : BPK-Gunung Mulia,1989,hlm.54
[14]
L.Oranje, sejarah Singkat Teologia abad XX, Jakarta : BPK-GM, 1974, hlm18-19
[15] J.L Ch
Abineno,op.cit., hlm.54
[16] John F
Walvourd Yesus Kritus Tuhan Kita, Surabaya:
1969,hlm 12 (terjemahan Cahya.R)
[17] Gerald’
O collius, Kamus Teologia, Yogyakaerta: Kanisius 1996,Hlm.140
[18] Pdt.A. Munthe, Kata-Kata Sulit Teologia,
Yogyakart: Taman Pustaka Kristen,1994,Hlm.36
[19] R.Soedarmo, Kamus Istilah Teologi,Jakarta:
BPK-Gunung Mulia,1991,hlm.45
[20] A. Heuken S,J Ensiklopedia Gereja Jilid IV
K-Ki, Jakarta:Cipta Loka Caraka,2005,hlm177
[21]
George.E Ladd,Teologia Perjanjian BaruJilid 2, Bandung: kalam Hidup,2002,hlm37
[22] George
E. Ladd,op cit.,hlm37
[23] Harvie
M. Conn, Teologia Kontemporer, Malang : Seminari Alkitab
Asia Tenggara, 1985, hlm. 49
[24] AM Hunter, Memperkenalkan Teolgia PB, Jakarta, BPK-GM, 1986, hlm. 14
[25] Harun
Hadiwijono,op cit., hlm 79
[26] Harun
Hadiwijono, Ibid, hlm. 80-81
[27]
Dietrich Ritschi Teologi Pemberitaaan Firman Allah, Jakarta : BPK-GM, 1990,hlm.13-24
[28] DR.A.A
Sitompul Bersahabat dengan Firman , Jakarta: BPK Gunung Mulia,1986 ,hlm .20
[29] Van Niftrik B. J. Bolandh, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK- GM,
2006, hlm. 278
[30] Van
Niftrik, Ibid, hlm. 54-55
[31]
Pdt.D.Dr.S.A.E Nababan, Menari Keseimabanagn, Jakarta:Pustaka sinar
Harapan,1994,hm. 479
[32] F.D
Wellem,Kamus Sejarah Gereja, Jakrta: BPK gunung Mulia,2006,hlm 131
[33]
J.Wismar saragih, Ambilan na mapansing, Pematang Raya,1903 hlm 2
[34] ibid hlm
7
Terima kasih untuk artikel/makalahnya... sudah menambah wawasan saya...
BalasHapus