Senin, 25 Maret 2013

Metodelogi Fungsional Teologi Kergma Bagi Negara, Masyarakat, dan Gereja


Metodelogi Fungsional Teologi Kergma Bagi Negara, Masyarakat, dan Gereja
I PENDAHULUAN
   Setelah kita membahas mengenai Perkembangan IPTEK, pemikiran Filosofis, ekonomis, Humanis, sosial dan politik di Eropa pada abad XVIII-XX, sekarang kita diperhadapkan dengan berbagai macam teologia yang muncul. Kali ini kita diperhadapkan dengan munculnya teologia kerygma oleh Bultman. Dimana tujuan Bultman adalah menjadikan Firman Allah dapat dimengerti oleh manusia modern, sehingga mereka dapat mengenal sabda Allah. Dimana Bultman tidak menganggap penting apakah Yesus itu seorang tokoh atau bukan, yang penting ialah Yesus telah datang. Yang kemudian pemahaman ini banyak yang bertentangan dengan pemahaman para muridnya. Untuk lebih jelasnya mari kita jejaki teologia kerygma tersebut.

II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Masalah 
            pada zaman Modern ini menurut banyak orang, supranaturalisme teologi tersebut ialah goyah karena digoyahkan karena interpretasi yang Historis, yang melahirkan metode Historis kritis.kini dsejarahlah yang menentukan nasib teologi. demikian kata orang pemikiran Historis inilahmemeiliki kekuasaan yang radikal dan universal.hal ini lah yang disebabkan proses sekularisasi dunia modern. inti proses sekularisasi ialah gagsan tentang adanya alam ilahi diatasyang memasuki alam bawah dan yang turut campur tangan dialam bawah dipandang tak berdaya lagi. manusia modern sudah tidak lagi berdiri diatas dua landasan itu. ia hanya berdiri disatu andasan saja yaitu dibumi ini.
Metode historis bukan hanya satu metode baru dibidang ilmun pengetahuan, melainkan suatu pandangan yang baruatas totalitas hidup manusia. pemikiran dengan pengertian “sejarah” kini telah mendesak pemikiran Metafisis, demikian kata oran. oleh karena itu  kejadian yang mengungkapkan  penyataan atau wahyu ilahi tidak dapat lagi diberi interpretasidengan peralatan pemikiran metafisis.tiap bentuk yang bersifar supranaturalistis telah terbunuh. “tabiat yang supra alami dan sejarah yang supraalami”tidak mendapat tempat lagi. segala dipandang kejadian dipandang terjadi hanya ada dalam sejarah.  atau tidak terjadi sama sekali. tiada jalan teengah akibatnya, penyataan atau wahyu ilahi dipandang sebagai salah satu dari Gejala-gejala Historis  didalam batas-bats pemberi alam religi.Alkitab bukanlah buku yang diwahykan, melainkan suatu nasakh yang disusun oleh manusia . oleh karena itu, Alkitab harus dibaca, diterangkan dengancara yang sama denagn jika kita membaca dan menewrqangkan naskah-naskah manusiawi yang lain.[1]
2.2 Keadaaan Eropa Abad XX
2.2.1 Konteks Pemikiran Teologi di Eropa
Dibidang keagamaan muncul persoalan mengenai kebangkitan Agama-agama yang merasa menemukan kekuatannya kembali. Berteologia harus bercermin kepada situasi disekitar gereja. Pada Abad ke-19, berkembang usaha untuk mengetahui Yesus yang sebenarnya, Yesus yang diberitakan oleh sejarah, bukan seperti apa yang diberitakan oleh Alkitab. Penelitian ini berusaha untuk menemukan Yesus yang Historis, yang ada dibelakang pemberitaan Alkitab mengenai Yesus itu. Tujuan penelitian ini adalah memberikan dasar kepada kepercayaan  orang Modern. Usaha ini ternyata menghasilkan gambaran yang bermacam-macam mengenai Yesus yang Historis itu. Dan hal ini disebabkan para peneliti itu ternyata tidak mendasarkan penelitiaan mereka pada sumber Historis, tetapi pada  pandangan dunia mereka masing-masing.[2]


            2.2.2 Ilmu Pengetahuan
            suasana idealistis yang optimistis itu masih hidup dengan kuat pada awal abad ke XX. Pd I memang mulai menggoyahkan cita-cita yang idealistis itu, namun sebelum meruntuhkannya orang masih berharap bahwa dunia masih dapat menuju yang baik, adil dan makmur dan aman serta damai. akan tetapi PD II menhghilangkan harapan itu. namun kemampuan manusia dibidang ilmu pengetahuan makin berkembang dan lebih positif. seprti ilmuledokteran, ilmu alam, ilmu hayat, sosiologi dll. segala sesuatu yang tidak mungkin terjadi mungkin untuk terjadi. [3] ilmu pengetahuan menjadi satu-satunya kekuatan dalam rangka perjuangan pembaharuan,kultural,politik,hukum serta kemasyarakatan. jika abad-abad sebelumnya merupakan  kejayaan Rasionbalisme dan kehancuran teologi Kristen, abad ke XX muncul suatu revolusi dikalangan ilmu pengetahuan sendiri, dimana penemuan dianggap sebelumnay mutlak.positif dan realistis. dan terpaksa harus ditinjau kembali  dengan ditemukannya hal-hal yang baruy. PD I menyadarkan  bahwa rasionalisme dan materialisme bukan satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi kehidupan manusia.[4]
            2.2.3Teknologi
pada abad ini memperlihatkan perkembangan yang begitu dahsat dan luas. dan yangb paing menonjol adalah dibidang Teknik. perkembanagn dari pesawat terbang sampai kapal ruang angkasa, dari kereta kuda sampai mobil termewah, perkembanagn komunikasi sampai pada Transistor radio dan TV.[5] dalam masa deman Radio pada pertengahan tahun1920-An, banayak Gereja dan lembaga-lembaga perlayanan mulai mengadakan siaran. menjelang tahun 1928, terdapat enam puluh stasiun Radio dan TV memainkan peranan penting dalam kebangkitan kembali fundamentalismepada tahun 1970-an.[6] penemuan-penemuan berjalan terus. namun penemuan itu memabwa persoalan-persoaalan sendiri karena disertai  dengan perkembangan lainnya, yaitu kemerdekaan bangsa-bangsa yang semula dijajah.kemajuan Teknologi,Transportasi, komunikasi, dan Informasi apda abadini memungkinkan jauh lebih banyak manusia mampu melihat semua fenomena yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi  dalam cakupanj yang lebih dalam dan lebih luas, sebagai suatu Fenomena yang terintegrasi dengan seluruh bumi dan alam semesta.
            2.2.4 Industri
Pecahnya PD II tahun 1930 mengakibatkan depresi dunia yang membuat ketergantungan ekonomidan politik kepada inggris dan amerika serikat pada awal abad XIX menjadi sempurna dalam diri Elit Kreole yang menguasai tanah-tanah perkebuana di amerika latin. murahnya barang-baranng dipasaran dunia mendorong amerika altin memproduksi barang-barang Pabrik sendiri. industrialisasi berhasil diangkat dengan strategi implasi yang dipercepat ala manejemen pemerintahannya Jhon Maynard Keynes. dengan Industrialisasi tersebut , kelas buruh tumbuh dengan cepat . maka karena implasi, Biaya hidup yang tinggi  maka mengakibatkan situasi politik dan stabil.[7]
            2.2.5 Sosial Politik
Dalam bidang sosial politik i9ni kita mau melihat bagaimana pengaruh darimn pada pereng dunia tersebut yang pernah terjadi. perang dunia pertama memang mulai menggoyahkan cita-cita yang idealistis itu, namun sebelum meruntuhkannya orang masih berharap bahwa dunia masih dapat menuju yang baik, adil dan makmur dan aman serta damai. akan tetapi PD II menhghilangkan harapan itu. namun kemampuan manusia dibidang ilmu pengetahuan makin berkembang dan lebih positif. seprti ilmuledokteran, ilmu alam, ilmu hayat, sosiologi dll. segala sesuatu yang tidak mungkin terjadi mungkin untuk terjadi.  perang dunia pertama merupakan pengalaman kolektif bagi manusia Eroap dan Amerika bahwa sungguh-sungguh suatu zaman telah dimulai. selain pengalaman yang menyakitkan itu, abad xx memperlihatkan perkembangan-perkembangan yang begitu dahsat  dan luas yang tidak ada tandingannya dialamn seluruh sejarah umat manusia.[8]
Akhirnya perkembangan abad XX memeulai penyelidikan terhadapp hal0hal yang tdak kelihatan dan metafisis, aterlebih karena kegagalan materialisme akhit perang dunia. sehingga manusia mulai mendcari kenbali nilai-nilai moral dan etika dan agama-agama. teori yang dulu mulai digocang kembali. ditambah dengan hilangnya kepribadian manusia akibat kemajuan teknologi modern dan komputerisasi mulai menggairahkan manusia kembali untuk emmandang kepada agama-agama.[9]
2.3 Sejarah perkembagan Teologi pada abad XX
Pada abad ini yang menjadi pe4rkembnagn teologi dimulai Sejak abad ke dua puluh di negara-negara Barat, dalam ajaran Teologia yang terus menerus diperbincangkan ialah doktrin Allah. Didalam dunia filsafat apa yang disebut sebagai “fisafat analistis” menimbulkan suatu pertanyaan, mengenai kemungkinan membicarakan tentang Allah secara logis. Filsafat ini terus menanyakan apakah mungkin bahasa tentang Allah itu memiliki makna, bermacam-macam tekanan dari teologian sekuler menuntut agar kita membicarakan perihal Allah dengan cara sekuler, sehingga kita menghapuskan pemisah metafisikan antara pencipta dan ciptaan, antara Allah dan dunia. Teologia “Allah mati” bahkan menanyakan apakah Allah itu benar-benar ada atu tidak. Begitu juga dengan Paul Tillich[10] dan Jhon Robinson, menunjuk pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pengertian tentang Allah sebagai “yang ada diatas sana” serta mengusulkan pemikiran tentang Allah sebagai berada di dalam bagian terdalam dari kehidupan, yaitu dasar dari keberadaan kita. Dalam situasi dan keadaan seperti ini muncullah sekelompok teolog untuk mencoba meneguhkan kembali doktrin Allah dalam dunia yang skeptis[11]. Asal usul penekanan yang baru inilah yang disebut “teologi proses”. Kemudian hal inilah yang nantinya dihubungkan dengan Charles Hartshorne dan juga A N Whitehead.[12]
2.4 Awal Kemunculan Teologi Kerygma
2.4.1 Biografi Rudolf Bultman
Rudolf Karl Bultmann (20 Agustus 1884 - 30 Juli 1976) adalah seorang teolog Jerman dengan latar belakang Lutheran, yang selama tiga dasawarsa menjadi profesor dalam studi Perjanjian Baru di Universitas Marburg. Bukunya History of the Synoptic Tradition (Sejarah Tradisi Sinoptik) (1921) hingga kini masih dianggap sebagai perangkat penting dalam penelitian kitab-kitab Injil, bahkan oleh para sarjana yang menolak analisisnya tentang trope retorika konvensional atau satuan naratif yang membentuk kitab-kitab Injil, dan prinsip-prinsip yang berorientasi sejarah yang disebut "kritik bentuk". Bultmann adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam pendekatan studi ini:

2.4.2 Faktor-Faktor Kemunculan Teologi Kerygma
Pertama sekali persoalan yang muncul adalah. Apa artinya pemberitaan Yesus dan pemberitaan Perjanjian Baru bagi manusia Modern? Yang dipahami adalah bahwa manusia modern selalu menggunakan alat-alat teknik yang dihasilkan oleh ilmu alam. Kalau seseorang sakit dia pergi kedokter dan menggunakan obat-obatan. Dalam hal bidang Ekonomi atau ahli politik, sedikit orang yang memperhitungkan Intervensi  yang langsung dari kuasa-kuasa transenden.[13]
 Menurut Bultman dalam membaca Perjanjian Baru, manusia modern menghadapi kesulitan dimana manusia modern tidak percaya lagi pada roh-roh dan kuasa adikodrat, untuk itu Bultman mau memperlihatkan maksud dari Perjanjia Baru, Ia berusaha untuk memperdengarkan kabar baik Injil Yesus Kristus  untuk manusia pada masa kini yang sering kali menghadapi kesulitan untuk mengerti Alkitab. Dia mengatakan  ’’barang siapa yang menghilangkan setiap bentuk  kepastian, akan menemukan kepastian yang benar “ gagasan dengan teologisasi  dipandang Bultman sebagai  metode untuk menemukan kembali  Kerygma asli didalam tulisan Perjanjia Baru.[14] Pemberitaan perjanjian baru Memproklamasikan Yesus Kristus, bukan saja pemberitaan Nya  tentang Kerajaan Allah Tetapi pertama-tama diriNya dikandung dari Roh kudus dan dilahirkan oleh Anak dara Maria dan Ia akan datang Kembali  sebagai Anak Manusia di awan-awan dilangit dan sebagai Hakim yang membawa  Keselamatan dan kebinasaan, hal ini dilihat sebagai Demytologisasi.[15]
2.4.3 Timbulnya Bultmanisme
            Dalam periode sesudah perang ke II, Gerakan kepada Allah yang lebih suprantural dengan akibatnya keatas pokok pribadi dan pekerjaan Kristus diikuti oeh suatu gerakan lain yangbkembali kepada konsep yang lebih liberal dan ini terhimpun dalam tulisan Bultman karena berusha menegagkan pandangan Gereja mula-mula. Bultman memakai cara Demitologisasi (menghubungkan Unsur Mitos s\dalam sejarah Perjanjian Baru/ Injil ) dengan ini demitologisasi dipergunakan secara utama untuk menentukan makna yang sesungguhnya dari perjanjian Baru dan pandangan Gereja Miula-mula. dalam usahanya untuk menghilngkan supranatural dannsampai pada tafsiranyang tak mengandung unsur muzizit dari perjanjian baru. Bultman cenderung untuk melemahkan Fakta tentang Yesus yang bersejarah dalam Alkitab dengan menekankan apa yang dipercayainya sebagai pandanagn Gereja mula-mula daripada menekankan apa yang diajarkan oleh Alkitab itu sendiri.[16] 



2.4.4 Metode yang digunkan Bultman
Program demitologisasi adalah tujuannya untuk menemukan bagaimana kerygma (berita sesungguhnya/ inti sari dari pewartaan injil ) kerygma itu adalah Yesus Kristus itu sendiri. Bagaimana cacranya supaya tercapai tujuan ini maka dibuatlah metode :
Histori kritis : membaca dan menapsir Alkitab.Yang mau diungkap adalah pesan penulis itu sendiri tentang siapa, apa, karya Yesus. Penulis meluangkan pikirannya dalam historis maka tujuannya adalah mengupas hal-hal yang kritisi : sosial, ekonomi dll. Hal inimembuktikan bahwa peristiwa itu yang menyejarah (terjadi dalam sejarah).Tujuan semua untuk menemukan kerygma yang diwartakan pada masa kini dan disini untuk itu bahwa teologi kita bukan teologi apa tetapi teologi siapa. artinya mewartakan siapa kerygma itu. Contoh : Yesus berjalan diatas air.
Yang perlu diberitahukan siapa oknumnya yaitu Yesus. Supaya orang-orang masa sekarang tidak memandang dan tidak berharap kepada situasi tetapi memandang kepada siapa.Minggu Advent adalah minggu kedatangan, jika tiba-tiba teks khotbahnya yang dikhotbahkan tentang situasi yang terjadi maka kita harus berpijak pada kerygma yang akan datang. dan juga di mencoba melihat dari metode Kritiok bentuk yang tujuan dari kritik bentuk adalah untuk menentukan bentuk asli dari sepotong naratif, suatu ucapan Tuhan, atau suatu perumpamaan. Dalam prosesnya kita belajar untuk membedakan tambahan-tambahan dan bentuk-bentuk sekuknder, dan semua ini pada gilirannya membawa kita kepada bentuk-bentuk penting bagi sejarah dari tradisinya."


2.5 Tokoh Yang Mengomentari Teologia Bultman
2.5.1 Ernst Kaseman
            Kaseman menyatakan iman tiada artinya jika tanpa Yesus yang historis, sebab tugas teologi ialah untuk melihat kesinambungan tersebut. Kaseman berpusat pada Yesus yang historis dengan dilatarbelakangi oleh persoalan tentang nisbah, antara penyataan atau wahyu dan sejarah dimana tekanan diletakkan pada sejarah. Akibatnya timbul suatu diskusi yang luas tentang persoalan Yesus yang historis. Dimana para murid sendiri saling bertentangan dengan sang guru. Menurut Kaseman, iman Kristiani dikaitkan dengan suatu kejadian tertentu dalam sejarah, yaitu kejadian yang terjadi pada Kristus. Dia menyatakan kerygma itu menyebutkan dengan menekankan bahwa Yesus menjadi kriterium dan kriterium ini dibicarakan sebagai suatu penampakan historis. Letak perbedaan kerygma dengan Bultman ialah, Bultman mementingkan kerygma sedang pemikiran kembali yang baru ini mengusahakan agar dalam kerygma itu kita menuju sejarah dan dari sejarah kembali ke kerygma.
                        2.5.2 Ernst Fuchs
Fuchs lebih menekankan pada tingkah laku (perbuatan-perbuatan) Yesus. Perbuatan-perbuatan Yesus menunjukkan kerangka yang sebenarnya dari pemberitaanNya. Perbuatan-perbuatan itu menjadi anak kunci untuk membuka pemberitaanNya. Firman Yesus (dalam percakapan dan perumpamaan) itu sebenarnya kesaksian tentang diriNya sendiri, sebab Firman itu mengartikan keputusan yang diamblinya. Jadi kerangka pandangan Fuchs ialah Yesus itulah orang yang tanpa jabatan yang menempati tempat Allah artinya tanpa ditugaskan oleh Allah ia telah menjadi wakil Allah karena didalam segala perbuatannya maka cara Yesus berbuat itulah cara berbuat kasih, dimana didalam Firman Yesus itu terkandung Firman Allah, dan oleh karena perbuatan-perbuatanNyalah maka Yesus disalibkan.
                        2.5.3 Gerhard Ebeling
Ebeling menganggap bahwa pusat Yesus yang historis itulah iman, sejarah bukan beralaskan suatu ide tentang fakta-fakta yang positivistis, melainkan berdasarkan kejadian-kejadian Firman. interpretasinya mengikuti garis dari Yesus yang historis ke kerygma jemaat pertama. Soal Yesus historis menjadi satu-satunya anak kunci penapsiran Kristologis. Satu-satunya hal yang boleh dibicarakan oleh kerygma ialah apa yang terutama ada pada Yesus sendiri, tugas Kristologi ialah dengan menapsir berusaha menemukan apa yang terkandung didalam Yesus yang  historis sendiri, yaitu yang terkandung dalam amanatNya dan apa yang terjadi  padaNya.   
2.6 Teologi Kerygma
2.6.1 Pengertian Teologia Kerygma
Kerygma (Yun) adalah tindakan mewartakan, pesan yang diwartakan. Pesan dasar yang menyatakan tindakan Allah yang menawarkan dan melaksanakan karya penyelamatan dalam Wafat dan Kebangkitan Yesus. (Rm 16:25; 1Kor 1:21; 11:3-5). Pewartaan ini mendahului  pengajaran yang lebih rinci mengenai Kristus dan Kristianitas. Dalam septuaginta Kerygma dapat berarti pernyataan resmi oleh seorang Iman( Lih kel 32:5) atau kata Nabi yang terilhami (Yes 61:1) Injil-Injil jelas bersifat Kerygmatis karena isinya adalah pewartaan mengenai kabar Gembira.[17] Kerygma juga pemberitaan dalam arti berita sukacita yaitu Injil.[18] Sama halnya dengan yang disebutkan Dr, R Soedarmo bahwa Kerygma itu adalah kata kerja bahasa Yunani Kerusso, artinya memberitakan, yang memberitakan disebut keruk, jadi Kerygma lebih tepat kalau diterjemahkan ’’Proklamasi“, Proklamasi bukan pemberitaan biasa hanya untuk mengetahui saja, Kerygma adalah ajakan, malahan untuk menerima dan menaati, Kerygma dalam Perjanjian Baru adalah Yesus telah mengalahkan dosa dan maut. Ia telah bangkit dan barang siapa menerima Dia akan bangkit. Juga Kerygma itu bagi manusia adalah kebodohan tapi bagi yang terpanggil adalah kekuatan Allah.[19]
Dengan itu Kerygma adalah Kabar Gembira yang mengajak dan memanggil siapa saja, supaya mendengar dan menerimanya.[20] Kerygma selalu diakhiri dengan ajakan bertobat, tawaran pengampunan dosa, pemberian Roh Kudus dan janji keselamatan, yaitu dalam zaman yang akan datang yang dikaruniakan kepada mereka yang terhisap pada kelompok yang terpilih.[21]

2.6.2 Teologia Kerygma
Focus perhatian Kerygma awal adalah pada Pokok tentang kematian dan pemulihan Yesus. Studi Kristisisme modern mengadakan  pembebasan yang jelas antara  Yesus yang sejarah dan Yesus yang dimuliakan. Sering Yesus yang sejarah dipandang sebagai Mitos sehingga tidak  dianggap sejarah.  Namun hal ini jelas bukan pandangan atau kepercayaan Gereja mula-mula. Mereka memberitakan tujuan hidup seorang manusia nyata yang histories, yaitu Yesus dari Nazaret.[22]
            Hakekat injil yang disebut oleh Bultman sebagai kerygma merupakan inti yang tidak dapat dipersempit lagi dan orang jaman modern ini harus diperhadapkan dengan inti tersebut dan harus mempercayainya. Tetapi orang modern tidak dapat menerima kerangka yang bersifat mitos yang membungkus hakikat injil. Karena itu teologia harus berusaha untuk melepaskan berita kerygma dari kerangka yang bersifat mitos.[23] Injil-injil sinoptis dipandang sebagai dokumen sejarah yang dapat dipercayai ini tidak berarti untuk  mempertahankan bahwa segala sesuatunya adalah benar. Tetapi untuk mempertahankan bahwa bila dipakai sesuai dengan metode-metode kritik yang sehat dan tidak berat sebelah injil-injil itu memberikan suatu ulasan yang dapat dipercayai tentang perkataan dan perbuatan Yesus, dan untuk menolak pendapat-pendapat radikal seperti Bultman. Di negeri Inggris ada suatu prinsip keadilan, seseorang dikatakan bersalah apabila mepunyai bukti-bukti akurat. Demikianlah boleh dipandang sah oleh injil-injil sinoptis kecuali dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat dikemukakan untuk membukakannya[24]
            Menurut Bultman Kerygma ialah apa yang diserukan oleh seorang pelopor, amanat(messege), proklamasi, kesaksian, pemberitaan. Maksud Bultman ialah Kerygma yang dimaksud adalah Kerygma yang merupakan berita Perjanjian Baru  itu dengan pemberitaan  kini menjadi suatu sapaan, suatu teguran pribadi Allah kepada saya. Serta memanggil saya untuk memanggil keputusan. Isi Kerygma ialah apa yang terjadi pada Yesus Kristus (Christ-Event) apa yang terjadi pada Yesus menjadi Realitas kini dan disini.[25] Maka kerygma itu identik dengan perealisasian kerygma, pemberitaan firman merupakan suatu pembicaraan tentang pernyataan atau wahyu Allah sendiri dan Allah menyatakan diriNya didalam Firman.
            Teologia Bultman disebut teologia Firman, teologia kerygma. Bultman memegang teguh sifat transenden Allah, tetapi perbuatan-perbuatan Allah dialaskan pada eksitensi manusia, didalam kejadian itu karya penyelamatan Allah yang menentukan terjadi sekali untuk selamanya. Iman bukan beralaskan suatu sikap atau sifat manusia melainkan diarahkan pada suatu yang ada diluar iman. Iman timbul karena suatu pertemuan dengan suatu kejadian histories. Beriman berarti mendengarkan dan menjawab panggilan, sebab Allah tidak dapat dikenal diluar iman.[26] Yang menjadi Tuhan bukanlah Yesus yang historis melainkan kerygmanya, yaitu Yesus kristus yang diberitakan itu. Iman hanya bersangkut paut dengan kerygma, percaya kepada kebangkitan Yesus berarti percaya Firman yang kini dan disini diberitakan kepada kita. Dimana iman yang menentukan arti yang terkandung didalam Firman yang diberitakan.
2.6.3 Firman kepada Gereja dan Firman dari gereja [27]
a)      Tiga Bentuk Firman
Firman Itu sendiri adalah Yesus Kristus , Alkitab Adalah kesaksian tentang Wahyu Allah didalam Kristus . Karl barth pertama-tama menguraikan dan menyebut masing-masing:
  • Firman yang diberitakan
  • Firman yang tertulis
  • Firman yang dinyatakan , dan Ia menyebutnya dalam urutan itu sendiri
inilah Firman Allah yang satu itu dalam Tiga Bentuknya, Allah yang satu dan sama yang berkata dan Firman yang satu dan sama Juga yang disampaikan Heinrich Vogel memilih urutan-urutan yang terbalik. yang belakangan ini menyusun yang demikian
  • Firman yang telah terjadi
  • firman yang disaksikan
  • Firman yang diberitakan
Meskipun tidak penting bagaiman kita menyebut Bentuk-bentuk Firman itu.namun adalah sangat pentingbagaimana kita mengutrutkannya  yaitu Firman yang diberitakan-Firman yang tertulis-firman yang dinyatakan .

b)     Wibawa Firman
Tuhan Yesus Kristus adalah pengkotbah yang memberitakan Diri-Nya sendiri. Ia berkehendak Untuk membuat diri-Nyadikenal.ia mengangkatpengkotbah sebagai pelayan FirmanNya, Wibawa orang yang berkotbah itu bukan Jiplakan ataub pantulan bukan pula dengan pengalaman atau status . Wibawa itu adalah Karunia dari Yesus Kristus yang hadir didalam roh Kudus. wibawa yang dikaruniakan itu tidak lebih kecil atau kurang penting daripada Wibawa Kristus, karena Dialah sang pengkotbah itu sendiri menyusul bahwa “konservatif”Alkitabiah ini yaitu “sikap mempertahankan” sebanyak mungkin kata-kata Tuhan Yesus yang Asli (dan dengan semikian merendahkan nilai bagian-bagian laindari Alkitab),  harus menjadi “Liberalisme” apabila sampai pad persoalan berkotbah.segera setelah seorang memisahkan atau membeda-bedakan kata-kata Ialhi dan manusiawi dalam Alkitab , ataub kata-kata Tuhan Yesusdan kata-kata alain , mau tak mau harus mengatakan bahwa Kgotbah-khotbah (manusiawi) kita dalam Gereja Tidak mengkin merupakan Firman Allah, hanya kutipan dari alkitab tetapi tentu hanya bagian yang ilahi saja dari Alkitab.
2.6.3 Otoritas Alkitab
dimulai dari waktu pembab    tisan, pengakuan iman rtasuli, upacara pemberkatan Nikah, mengikuti perjamuan Kudus  demikian pula dalam persekutuan-persekutuan, dsampai akhir hayat ini  selalau Firman Allah yang mempennagruhi kehidupan dan pekerjaan Kita. selama hidup kita terpanggil untuk hidup dalm p[ersekutuan yang baru. hidup dalm iman, persekutuan Kasih, pengharapan management,asa sepan dll.Alkitab memang sebuah buku yang berisi penyataan para murid Yesus yang menyangkut peristiwa pekerjaan Allah kepada manusia. tetapi haruslah kita percayai bahwa dari Firman masih yang tertulis dalam Alkitab itu kita benar-benar mendengar suara Tuhan  sendiri Yang dapat tercipta dalam “Wahyu” dan “Iman” yang bekerja dalam hati manusia dan yang dapat mempengaruhi, Mengubah Hati dan pikiran kita  dan juyga keberadaan kita untuk mencapai hidup yang berhubungan langsung dengan Tuhan setiap hari, inilah yang berarti yesys Kristus berada damlam hidu p kita dan kita dalam Yesus Kristus.[28]
2.7 Yesus Yang Historis
Dengan memikul salib dipandang sebagai kejadian penyelamatan dan sejarah Yesus yang dipandang sebagai kejadian penyelamatan. Kejadian penyelamatan itu dipusatkan kepada salib dan kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus tidak dapat dipisahkan dari salib, sebab kebangkitan itulah pengungkaban tentang pentingnya salib, yaitu bahwa kematian Kristus tidak boleh dipandang sebagai suatu kematian yang insani. Sebab kematian disalib itulah penghakiman Allah yang membebaskan. Dengannya Alla memberikan keselamatan pada dunia serta menciptakan kemungkinan untuk hidup dengan sungguh-sungguh maka kebangkitan Kristus itulah suatu kesatuan serta menjadi asal dan bahan iman. Kebangkitan merupakan pusat pengakuan iman Kristen.[29] Injil menjelaskan bahwa kebangkitan Yesus benar-benar telah terjadi, kubur kosong (Lukas 24:3), batu yang terguling (Markus 16:4), kain yang sudah tergulung (Yohanes 20:6) adalah bukti yang menandakan bahwa Yesus Kristus adalah bangkit. Dari Fakta inilah Petrus mengajak bangsa Israel untuk bertobat dan dibabtis dalam nama Yesus Kristus.

2.8 Yesus yang Di Imani dan Dikotbahkan
Kepercayaan kriten bukanlah diartikan kepada “sesuatu” melainkan kepada seseorang, yakni Yesus Kristus. Percaya (mengimani) adalah hubungan pribadi antara dua oknum yaitu manusia dan Yesus Kristus. Allah tidak sembunyi dalam kekelanNya namun Allah menyatakan diriNya, Ia sendiri telah datang kepada kita didalam diri Yesus Kristus. Dalam Alkitab disebutkan tentang hubungan antara Allah dengan manusia, antara manusia dan Allah. Dalam iman ada terjadi suatu hubungan yang dapat diungkapkan Aku-Engkau, imanlah yang merupakan garis penghubung antara Aku dan Engkau, percaya adalah hubungan antara pribadi manusia dengan Allah.[30] Hal ini diwujudkan dengan memandang kepada Yesus Kristus, oleh iman kita hidup sebagai manusia baru, yang merdeka yang kita peroleh dari anugerah Allah yang memberikan kesempurnaan anugrah dengan kematian, kebangkitan dan kenaikan  kesurga. ‘Andaikata Kristus tidak bangkit maka sia-sialah kepercayaan kita’(1 Korintus 15:14). Alkitab berisi tentang kebenaran–kebenaran yang diwahyukan tentang pernyataan Allah yang titik pusatnya Yesus Kristus, oleh sebab itu harus dikhotbahkan (diberitakan) isi injil yang telah menjadi daging (manusia). Berkat adanya Alkitab (yang didalamnya rangkaian injil) maka orang dapat percaya dan mempercayakan dirinya kepada Yesus, namun jika Yesus tidak disalibkan dan bangkit, maka khotbah hanya omong kosong dan iman tidak ada artinya. Karena Yesus mati dan bangkit maka iman terpusat pada kebangkitan. Yesus yang di imani itulah yang  harus dikhotbahkan. Dan khotbah-khotbah tentang Yesus merupakan jalan pengajaran bagi umatNya agar dapat mengetahui rangkaian karya penyelamatan yang telah dilakukan Yesus.

2.9 Masalah yang dihadapai pada masa Kini dalam konteks indonesia
Sekarang kita berada dalam suatu kurun waktu pembangunan yang cepat berkembang. yang membawa perubahan-perubahan besar,  mendasar dan menyeluruh. gereja tidak lagi hidup dalam zaman yang statis dan masyarakata yang tradisional. sehingga tak dapat dipungkiri yang nantinya merubah pemahaman manusia mengenai agama. terkusus pengelompokan agama ditengah kemajun zaman, masalah kedua adalah masalah kegersanagn Rohani dalam wadah dan ceremoni serta ritus Tradisional dan dalam kejausan dan kelaparan yang tak terhingga mencari santapan rohani. dalam sepermarket-supermarket agama masa kini dan jika kita bandingkan dengan banyaknya yangb menjadnjikan keselamnatan dalam nerbagai bentuk sampai kepada bentuk-bentuk ekstrim dan Eksklusif yang menarik perhatian bagi banyak warga Gereja.[31]
            Bila kita sekarang menayadari masalah masalah yang kita hadap. dan tantangan-tantangan yang tak terelakkan dalam zanman yang cepat berkembnag dann berubah in, maka segudang pertanayaan akan muncul dalam benak kita yang bila tidak kita hadapi dengan iman percaya kita. lalau bagaimana Metodologi fungsional suatu teologi itu jika kita pandang dari sudut Teologi Kerygma bagi masyarakat, Gereja dan Negara. apakah masih mempunyai peranan atau bagaimana keterkaitan hal ini dengan apa yang terjadi pada masa kini.
3.0 Metodelogi Fungsional Teologi Kerygma Bagi Gereja
             Gereja dan Teologi yang Trdasional didalam mengusahakan teologi mempergunakan pengertian-pengertian yang diambildari Filsafat yunan. tindakan ini mengakibatkan Penyataan atau wahyu Allah yang dipandang sebagai suatu kawadsan  tersendiri  yang dipisahkan dari kaeadaan-kaeadaan pada masa kini. tanda pengenal ynag khas dari penyataan atau wahyu Ilahi aialah Muzizat nyang tidak diataklukkan pada hukum-hukum alam. pandangn yang demuikian disebut pandangan Supranaturalis. latar belakang pandanagn ini adalah semacam dualisme kosmis yang menganggap adanya dua alam yang diperhadapkan, yang satu berbedadengan yang lain. yang lebih kurang diperhadapkan sebagai disubordinasikan pada yang lain yaitu alam bawah dan alam atas, alam jasmani dan alam rohani s4erta alam insaniu dan alam ilahi. lantas bagaimana metodologi fungsional teologi kerygma ini bagi gereja? kiat memahamai bahwa Focus teologi Kerygma itu adalah perhatian Kerygma awal adalah pada Pokok tentang kematian dan pemulihan Yesus. Studi Kristisisme modern mengadakan  pembebasan yang jelas antara  Yesus yang sejarah dan Yesus yang dimuliakan. Sering Yesus yang sejarah dipandang sebagai Mitos sehingga tidak  dianggap sejarah. dan Gereja pada saat ini mulai goyah akibat proses sekularisasi modern. dimana yang paling menjadi masalah adalah sulitnya Gereja memahami semua perjalanan Hidup Yesus. dan kini sejarah menajadi tinggal sejarah pemaknaan iut kurang dirasakan dan diimankan dalam kehidupannya sehari-hari. dan anggapan yang sering muncul sekarang adalah bahwa Yesus itu hanya tinggal dalam sejarah. sehingga yang menjadi relevansinya bagi Gereja masa kini adalah menjadi pengikut Yesus Kristus tidak hnay berarti meniru perbuatan-perbuatanNya. menjadi pengikut Yesus Kristus bahkan harus dimulai dengan mengambil sikapnya itulah apa-apa saja sejarah masa kehidupan yesus. dengan sikap inilah yang mendorong dengan sendirinya untuk berbuat sesuai denagn sikapnya. Yesus mengorbankan segala apa yanag adam padaNya. demi keselamatan bagin orang lain. tetapi yang terjadi sekarang adalah orang mengorbankan orang lain demi keselamatannya sendiri.
3.1 Metodelogi Fungsional Teologi Kerygma Bagi Negara
            Melihat tereksposnya masyarakat dengan dengan tingkat kemajuan ynag berbeda beda pada unsur unsur teologi dari masyarkat modern. timbul berbagai pertanyaan yang bernada kekawatiran yang beralasan dan juga tidak beralasan.bangsa indonesia dalam GBHNnya jelas pendapatnya tentang penerimaan unsur-unsur dari golongan asing demi pengmbangan bangsa indonesia. namun perlu ada filternya untuk menyaring bagian mana yang dapat meningkatkan bangsa indonesia. misalanya dalam bidang IPTEK. lalu kaitannya dengan kemajemukan Agama, bagaiman negara memandang Yesus Kristus itu sendiri. dalam hal ini ada berbagai sikap yang di pahami bahwasanya Kerygma itu harus dipandang jangan dari bungkusnya. tapi apa yang disampaikan. yaitu firman itu sendiri.  sehingga melalui ini kita dapat menbangun diaolog agama yaitu pendekatan yang dialogis artinya membiarkan pembahasan teologi kita dipengaruhi agama lain, sehingga kita terpaksa menjadi jujur dan lebih memperdalam kehidupan kerohanian kita. perjumpaan yang sejati dengan orang lain, kepercayaan dan ideologi lain dan menemukan bahwa ada jalan lain untuk mengenal kebenaran dari pada yang kita pelajari. dan mengusulkan baiknya dalam dialog harus ada pertobatan dialogis yaitu berbalik dari memakai dialog sebagai alat untuk mengubah iman kepercayaan lain dan melangkah masuk kedalam kehidupan mitra-mitra kepercayan sehingga tujuan dialog dapat memperoleh pemahaman yang lebih penuh tentang iman kita sendiri dan pengertian yang lebih dalam tangtang orang lain. Dan juga untuk membangun persekutuan diantara semua manusia tanpa memandang perbedaan latar belakang agama, ras, budaya. dialog umat beragama harus didasari oleh suatu dialog teologis demi untuk melakukan suatu kajian kritis terhadap diri sendiri. Langkah ini perlu dilakukan guna memisahkan harapan dari ketakutan agar tidak tercampur baur. Dialog teologis perlu dilakukan karena distorsi dan kesalahpahaman perlu diminimalisir dan jga apresiasi perlu ditumbuhkan. Teologi harus dibebaskan dari memori traumatik dari hubungan manusia antar umat beragama dan berani melangkah kearah hubungan yang lebih manusiawi.sehingga relevansinya adalahSetiap umat beragama hendaknya mengakui adanya suatu logika yang menyatakan bahwa Yang satu (Tuhan) bisa dipahami dan diyakini dengan berbagai cara dan bentuk penafsiran. Sesuatu yang hakiki dalam setiap keimanan suatu agama ketika ditangkap oleh manusia menjadi plural.Banyak tafsiran dan pemahaman mengenai Tuhan Yang Satu itu harus dipandang hanya sebaga jalan menuju ke hakikat yang absolut. Prinsip yang kedua ini sangat penting. Sebab, disamping memberikan dasar atas pandangan bahwa pluralisme itu sebagai suatu keniscayaan dan terbukti sangat diperlukan untuk melindungi kebebasan beragama dan menghormati keterbatasan manusiawi, juga langkah preventif untuk mencegah adanya kemungkinan pemutlakan pada masing-masing bentuk keagamaan dan pemahaman.
Karena keterbatasan dan sekaligus kebutuhan kita akan komitmen terhadap suatu pengalaman partikular mengenai realitas yang transenden dan absolut, maka pengalaman partikular kita masing-masing pun terbatas. Artinya, negara yang berbeda umat memandang agama yang dianutnya hanya sebagai jalan atau kapal menuju ke hakekat yang absolut, meyakini jalan atau kapal tersebut harus tetap sebagai sesuatu yang memiliki nilai pemutlakan.


3.3 Metodelogi Fungsional Teologi Kerygma Bagi masyarakat simalungun (GKPS)
            Gereja ini merupakan hasil kegiatan pekabaran Injil Para Missionaris perhimpunan pekabaran Injil Rhein. didaerah simnalungun. pada 2 september 1903, RMG menempatkan Missiionarisnya yang pertama di simalungun adalah Pdt august Theis. Kekristenan Berkembang didaerah ini karena dukungan Raja-raja simalungun dan penggunaan dialek simalungun.[32] dan mengenai pandanagn orang simalungun terhadap Yesus Kristus yiatu NASma Yesus Kristus tidak pernah diterjemahkan kedalam bahasa lokal. sebab nama itu adalah suatu nama yang asing dalam religisitas simalungun.Batak Mission memakai nama itu dalam usaha penguijilan di simalungun. dan pengerja simalungunpun mengambil alih nama itu dalam Alkitab mereka. bagaimana[pun juyga dalam memberitakan Yesus Kristus kepada Penduduk pribumi, para zendeling mau tak mau harus memberitakan yesus Kristus yang Adalh Allah (Naibata) Anak Allah (Anak ni Naibata) dan Anak Manusia (Anak manisia). selain itun juga mereka memberitakan tentang peran dan pekerjaan Yesus Kristus.[33] Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah. oleh sebab itu ia dapat menyelamtkan Manusia dari Kuasa Dos, tetapi Ia juga sungguh-sunguh Manusia lahir dari manusia yakni Maria. oleh karena itu Yesus Kristus adalah benar-benar Anak Manusia ynagb menghubungkan DiriNya  kedalam kehidupan manusia. selanjutnya akibatv dsari  para zendeling pengerja pribumi  mempercayai bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan Jurub selamat. untuk menanamkan kepercayaan seperti itun mereka mengambil ilustrasi dari lingkungan yang dikenal oleh orang simalungun. yesus Kristus dipandang sebagai Anak Allah yang menjadi wakil seluruh umatb manusia  yang ditimpa oleh murka Allah akibat pemberontakan manusia. IA telah membuat segala-galanya menjadi tanggungannya sendiri. dengna pengantara Yesus Kristus maniusia dapat berdamai dan dapat bersekutu kembali dengan Allah. sebagai pengantara, Yesus Kristus menyampaikan kehendak Allah dengan ketaatan sempurna hingga kematianNya di kayu salib yakni dibukit Golgata.[34] Yesus sebagai korban perdamain dan juru selamat,. para  zendeling memberitakan bahwa perdamaian adalah perbuatan kasih Allahy yang dalam Yesus Kristus Telah menanggung sendiri dosa manuisa. sehingga orang simalungun  memberitakan perdamaian Kristus tersebut sama bentuknya dengan apa yang telah diasampaikan oleh para Zendeling. yaitu dengan menyatakan pengorbanan Yesus Kristus Di kayu salib.
III Refleksi Teologis
            Kahadiran Allah merupakan hal yang paling bermakna bagi kehidupan umatNYa. dan hal itu dilakukan karena kasih Allah yang begitu besar bagi kita Umat manusia. tapi terkadang manusia kurang menyadari betapa berharganya kitab dimata Allah. malah kita sering memperdebatkan apakah Allah itu benar-benar masih ada sampai sekarang,atau apakah Yesus itu hanya sebatas sejarah yang pernah terjadi. pada masa kini jika kita bandingkan dengan kehidupan kita pada masa lalu semuanya sudah  berubah dari hadapan kita?, lalu apakah cerita tentang Yesus Akan berubah malah saat ini sangat berkembangnya kemajuan zaman. semuanya sudah mulai dikikis oleh Ilmu pengetahuan. tetapi kita selaku umat percaya harus tetap mengakui bahwa Allah itu tetap hadir dalam kehidupan manusia. dan kita harus mengetahui keberadaan kita selaku umat yang sudah ditebus oleh Yesus. dan semuanya itu harus kita tunjukkan didalam iman percaya kita.
IV Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kerygma itu adalah kata kerja bahasa Yunani Kerusso, artinya memberitakan, yang memberitakan disebut keruk, jadi Kerygma lebih tepat kalau diterjemahkan ’’Proklamasi“, Proklamasi bukan pemberitaan biasa hanya untuk mengetahui saja, Kerygma adalah ajakan, malahan untuk menerima dan menaati, Kerygma dalam Perjanjian Baru adalah Yesus telah mengalahkan dosa dan maut. Ia telah bangkit dan barang siapa menerima Dia akan bangkit. Juga Kerygma itu bagi manusia adalah kebodohan tapi bagi yang terpanggil adalah kekuatan Allah. Namun dari pemahaman Bultman yang tidak menganggap penting apakah Yesus itu seorang tokoh atau bukan, yang penting ialah Yesus telah datang. Yang kemudian pemahaman ini banyak yang bertentangan dengan pemahaman para muridnya.


V. Daftar Pustaka
Harun Hadiwijono,  Teologi Reformatoris Abad ke 20, Jakarta: BPK-GM,2004
H.Berkhof dan I Enklaar, sejarah Gereja, jakarta: BPK-GM,2006
Herianto, Alkitab dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: BPK GM,1981
L.Oranje,Sejarah Ringas Teologi Abad XX, Jakarta:BPK-GM,1986
A.Kenneth Crutis. stephen  Lang, dan Petersan , 100 peristiwa penting dalam sejarh Kristen,  diterjemahkan oleh A.Rajendaran, Jakarta:BPK-GM,2006
Wahono Nitiprawiro,teologi pembebasan, sejarahy metode, praksis dan isinya, Yogyakarta:LKIS,2000
Kamus Teologi (Inggris Indonesia), Jakarta : BPK-GM, 2005
Harvie M. Conn, Teologi Kontemporer, Malang : SAAT, 1999
J.L.Ch. Abineno,Rudolf Bultman dan teologinya, Jakarta : BPK-Gunung Mulia,1989
John F Walvourd Yesus Kritus Tuhan Kita,  Surabaya: 1969
Gerald’ O collius, Kamus Teologia, Yogyakaerta: Kanisius
Pdt.A. Munthe, Kata-Kata Sulit Teologia, Yogyakart: Taman Pustaka Kristen,1994
R.Soedarmo, Kamus Istilah Teologi,Jakarta: BPK-Gunung Mulia,1991
A. Heuken S,J Ensiklopedia Gereja Jilid IV K-Ki, Jakarta:Cipta Loka Caraka,2005
George.E Ladd,Teologia Perjanjian BaruJilid 2, Bandung: kalam Hidup,2002
Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer, Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1985
AM Hunter, Memperkenalkan Teolgia PB, Jakarta, BPK-GM, 1986
Dietrich Ritschi Teologi Pemberitaaan Firman Allah, Jakarta : BPK-GM, 1990
DR.A.A Sitompul Bersahabat dengan Firman , Jakarta: BPK Gunung Mulia,1986
Van Niftrik B. J. Bolandh, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK- GM, 2006
Pdt.D.Dr.S.A.E Nababan, Menari Keseimabanagn, Jakarta:Pustaka sinar Harapan,1994
F.D Wellem,Kamus Sejarah Gereja, Jakrta: BPK gunung Mulia,2006
[1]J.Wismar saragih, Ambilan na mapansing, Pematang Raya,1903


[1] Harun Hadiwijono Teologi Reformatoris abad ke 20…………..hal 69-70
[2] Harun Hadiwijono,  Teologi Reformatoris Abad ke 20, Jakarta: BPK-GM,2004,hlm,24
[3] H.Berkhof dan I Enklaar, sejarah Gereja, jakarta: BPK-GM,2006,hlm.268
[4] Herianto, Alkitab dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: BPK GM,1981,hlm.24-25
[5] L.Oranje,Sejarah Ringas Teologi Abad XX, Jakarta:BPK-GM,1986,hlm.10
[6] A.Kenneth Crutis. stephen  Lang, dan Petersan , 100 peristiwa penting dalam sejarh Kristen,  diterjemahkan oleh A.Rajendaran, Jakarta:BPK-GM,2006,hlm 156
[7] Wahono Nitiprawiro,teologi pembebasan, sejarahy metode, praksis dan isinya, Yogyakarta:LKIS,2000,hlm.63
[8] L.Orance,  ibid , hlm. 10
[9] Herianto,  ibid hlm.25
[10] Allahlah “ada” itu sendiri. Allah dapat ditujukkan dalam segala yang ada, sekaligus Ia jauh tanpa batas, mengatasi yang ada. Realitas Allah tidak bersyarat, sedang realitas dunia terbatas. Keduanya memang saling berhubungan. Lih. Harun Hadiwijono, Teologi Reformatoris Abad Dua Puluh, Jakarta: BPK-GM, 1993, hlm. 102
[11] Skeptis dapat diartikan sebagai keragu-raguan. Lih. Henk Ten Napel, Kamus Teologi (Inggris Indonesia), Jakarta : BPK-GM, 2005, hlm. 292
[12] Harvie M. Conn, Teologi Kontemporer, Malang : SAAT, 1999, hlm. 101
[13] J.L.Ch. Abineno,Rudolf Bultman dan teologinya, Jakarta : BPK-Gunung Mulia,1989,hlm.54
[14] L.Oranje, sejarah Singkat Teologia abad XX, Jakarta : BPK-GM, 1974, hlm18-19
[15] J.L Ch Abineno,op.cit., hlm.54
[16] John F Walvourd Yesus Kritus Tuhan Kita,  Surabaya: 1969,hlm 12 (terjemahan Cahya.R)
[17] Gerald’ O collius, Kamus Teologia, Yogyakaerta: Kanisius 1996,Hlm.140
[18] Pdt.A. Munthe, Kata-Kata Sulit Teologia, Yogyakart: Taman Pustaka Kristen,1994,Hlm.36
[19] R.Soedarmo, Kamus Istilah Teologi,Jakarta: BPK-Gunung Mulia,1991,hlm.45
[20] A. Heuken S,J Ensiklopedia Gereja Jilid IV K-Ki, Jakarta:Cipta Loka Caraka,2005,hlm177
[21] George.E Ladd,Teologia Perjanjian BaruJilid 2, Bandung: kalam Hidup,2002,hlm37
[22] George E. Ladd,op cit.,hlm37
[23] Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer, Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1985, hlm. 49
[24] AM Hunter, Memperkenalkan Teolgia PB, Jakarta, BPK-GM, 1986, hlm. 14
[25] Harun Hadiwijono,op cit., hlm 79
[26] Harun Hadiwijono, Ibid, hlm. 80-81
[27] Dietrich Ritschi Teologi Pemberitaaan Firman Allah, Jakarta : BPK-GM, 1990,hlm.13-24
[28] DR.A.A Sitompul Bersahabat dengan Firman , Jakarta: BPK Gunung Mulia,1986 ,hlm .20
[29] Van Niftrik B. J. Bolandh, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK- GM, 2006, hlm. 278
[30] Van Niftrik, Ibid, hlm. 54-55
[31] Pdt.D.Dr.S.A.E Nababan, Menari Keseimabanagn, Jakarta:Pustaka sinar Harapan,1994,hm. 479
[32] F.D Wellem,Kamus Sejarah Gereja, Jakrta: BPK gunung Mulia,2006,hlm 131
[33] J.Wismar saragih, Ambilan na mapansing, Pematang Raya,1903 hlm 2
[34]  ibid hlm 7

1 komentar:

  1. Terima kasih untuk artikel/makalahnya... sudah menambah wawasan saya...

    BalasHapus